Monday, January 16, 2017

Cleaner Production Pada Peternakan Babi


Usaha peternakan babi dapat memberikan manfaat yang besar dilihat dari perannya sebagai penyedia protein hewani. Hasil sampingan ternak berupa limbah dari usaha yang semakin intensif dan skala usaha besar dapat menimbulkan masalah yang kompleks. Selain baunya yang tidak sedap, keberadaannya juga mencemari lingkungan, mengganggu pemandangan, dan bisa menjadi sumber penyakit.
Peternakan babi mempunyai karakteristik khusus, sehingga perlu direncanakan secara lebih terperinci dan seksama serta menyeluruh. Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha skala besar, perlu dipersiapkan untuk jangka waktu 20-25 tahun, karena modal yang diinvestasikan sangat tinggi. Penting pula diperhatikan faktor fisik, ekonomis, dan sosial, terutama di Indonesia, agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam peraturan yang berlaku. Undang-Undang RI No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, terutama pasal 16 yaitu setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah.
Sejak awal, suatu usaha peternakan babi, harus telah membuat perkiraan dampak lingkungan hidup, baik fisik, ekonomis dan sosial budaya. Berdasarkan analisis tersebut dapat diperkirakan secara terperinci dampak negatif dan positif yang akan timbul dari usaha atau kegiatan beternak babi, sehingga sejak dini sudah dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya. Dampak yang perlu dipertimbangkan antara lain : banyak manusia yang akan terkait disekitarnya; luas wilayah penyebaran dampak; lama dampak berlangsung; intensitas dampak; banyak komponen lingkungan lainnya yang akan terkena; sifat komulatif dampak tersebut; berbalik (reversible) atau tidaknya (irreversibel) dampak.


      Pemanfaatan Limbah Ternak Babi
 Limbah ternak babi dapat dikelola untuk berbagai macam tujuan, terutama menjadi pupuk. Kotoran yang dihasilkan babi itu ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang yang telah membusuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran yang dikeluarkan babi sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainnya. Sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah. Pada saat krisis energi saat ini limbah ternak babi juga dapat diolah untuk menghasilkan biogas. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.


      Pengelolaan Limbah Ternak Babi
  Dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan diperlukan perhatian khusus perlu mendapatkan perhatian terhadap beberapa hal :
  1. Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal pemukiman
  2. Pengelolaan limbah ternak agar ditingkatkan guna menghindari timbulnya polusi dan gangguan lain asal pemeliharaan babi yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau, suara, serangga, tikus serta pencemaran air sungai dan lain-lain
  3. Setiap usaha budidaya ternak babi agar membuat unit pengelolaan limbah peternakan (padat, cair, dan gas) yang sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.
  4. Setiap usaha budidaya ternak babi agar membuat tempat penampungan kotoran dan air kencing dengan sistim bak penampungannbertingkat.
  5. Disarankan agar di sekitar lahan, ditanami tanaman untuk menyerap bau seperti tanaman kamboja, kenanga dan pohon jarak.
1.     seperti tanaman kamboja, kenanga dan pohon jarak.
Beberapa cara penanganan limbah ternak dapat dilakukan melalui :
1). Penanganan Limbah Ternak Menjadi Pupuk
      Padat/Cair
      Dalam rangka pemberdayaan peternak salah satu yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah ternak sebagai input usaha. Ada beberapa alternatif dalam penanganan limbah kotoran menjadi pupuk padat/cair dari beternak babi, antara lain :
  •         Mengumpulkan kotoran dari setiap babi, kemudian dibuat jadi kompos.
  •     Menampung kotoran yang diperoleh setiap hari kedalam bak penampungan, setelah penuh dibongkar lalu dikeringkan dan dibuat pupuk buatan dengan cepat (sistem bokasi).
  •    Mengalirkan limbah kotoran ke kolam penampungan yang bertingkat, dengan perpaduan tanaman air dan pemelihara ikan, sehingga kolam terakhir menghasilkan air yang bersih. Penggunaan pupuk organik sangat bermanfaat bagi petani/peternak untuk mengurangi biaya produksi terhadap sarana produksi seperti mengurangi pupuk kimia. Dengan demikian penerapan teknologi bertanam organik yang ramah lingkungan mengukuhkan petani semakin lebih mandiri dari ketergantungannya dari sarana produksi yang harganya terus meningkat seperti pupuk kimia dan pestisida.


      Penanganan Limbah Ternak Menjadi Biogas
Disamping penanganan limbah kotoran menjadi pupuk, salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah teknologi gas bio (bio-reaktor). Teknologi ini memanfaatkan mikroorganime yang tersedia di alam untuk merombak dan mengolah berbagai limbah organik yang ditempatkan pada ruang kedap udara (anaerob). Pada akhirnya hasil proses perombakan tersebut dapat menghasilkan pupuk organik cair dan padat bermutu baik serta berupa gas yang terdiri dari gas methane (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Gas tersebut dapat dimanfaatkan jadi bahan bakar gas (BBG) yang lazim kita sebut gas-bio. Pengembangan sumber energi alternatif dalam mengantisipasi kebutuhan energi rumah tangga terutama di pedesaan dapat dilakukan dengan energi biogas yaitu dengan memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biodigester ukuran 2 m3 kubik tipe kubah cocok untuk petani yang memiliki 15 ekor babi dengan mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap. Potensi kotoran segar ternak babi menghasilkan 1,5-2 kg/ekor/hari dengan potensi gas yang dihasilkan 0,040-0,059 kg/m3. Sistem pemeliharaan ternak tersebut harus dikandangkan (intensif) sehingga seluruh kotoran ternak segar dapat diproses dan dimasukkan kedalam biodigester.

Tabel Potensi Produksi Gas dari Berbagai Jenis Kotoran
Jenis Kotoran
Produksi Gas per kg (m3)
Sapi/Kerbau
0,023-0,040
Babi
0,040-0,059
Unggas
0,065-0,116
Manusia
0,020-0,028

Biogas bermanfaat sebagai sumber energi alternatif, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu. Sistem produksi biogas dapat dihasilkan dari bio reaktor dalam skala rumah tangga maupun skala industri dengan pertimbangan potensi limbah yang tersedia, model konstruksi bio reaktor dan biaya investasi. Biaya pembuatan instalasi biodigester 9 m3 sebesar 9 jutaan, dengan umur pakai 20-25 tahun, apabila 1 rumah tangga memiliki 15 ekor babi dapat menghasilkan gas/hari yang setara dengan 1 liter minyak tanah. Contoh proses pengolahan biogas seperti gambar 1. Metode yang digunakan adalah Put-flow digester, cocok untuk limbah yang berasalh dari kotoran ternak seperti babi dan ruminansia yang memiliki kandungan padatan 11-13%. Ciri khas pencampuran dan tangki digester. Pada tempat pencampuran dan tangki digester. Pada tempat pencampuran, penambahan air diatur sehingga slurry mempunyai konsistensi yang optimal. Digester biasanya persegi panjang, kedap air dan dengan tutup yang dapat dirubah.
Bahan baku dimasukkan dari salah satu sisi dan mendorong keluar buangan yang telah terfermentasi pada sisi lainnya. Waktu retensi rata-rata solid tertahan dalam digester yaitu sekitar 20-30 hari. Biogas yang dihasilkan terperangkap dibawah penutup impermeable yang menuutpi tangki kemudian gas disalurkan melalui pipa yang berada di bawah penutup menuju generator. Digester jenis ini memrlukan pemeliharaan yang minimal dan panas buangan dari mesin generator digunakan unutk memanasi digester. Di dalam digester pipa sirkulasi air panas akan memanaskan slurry dan menjaga temperaturnya pada 25-40°C, temperature yang cocok bagi bakteri metanogen.
Pada peternakan perorangan, desain plug-flow skala kecil atau digester bak tertutup merupakan desain yang sederhana dan dapat memproduksi biogas untuk memenugi kebutuhan listrik dan pemanas. System plug-flow dapat memproses 8000 galon (33280 m3) kotoran ternak per hari yang dihasilkan oleh sekitar 500 babi.

                                 Gambar 1. Skema Sistem Digester Anaerobik

Dari hasil proses diatas, diharapkan terbentuknya system produksi renewable energy yang dihasilkan dari limbah kotoran ternak yang dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan maupun energy listri dan panas untuk kebutuhan konsumsi peternakan lokal.


      Pengelolaan Manajemen Budidaya Ternak Babi Ramah Lingkungan
Selain mengolah limbah kotoran ternak sebagai biogas, dapat juga dilakukan daur ulang pada air limbah sehingga dapat digunakan kembali sebagai air bersih untuk manajemen pemeliharaan maupun membuka usaha tambahan seperti kolam lele yang dapat menambah keuntungan usaha peternakan.
Pengolahan air limbah secara Fisika, Kimia maupun biologi (aerobic dan anaerobic) bertujun untuk mengurangi/menghilangkan residu pencemaran sebelum dibuang atau dimanfaatkan kembali dalam proses produksi, dimana alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 2.
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara-cara :
Cara Fisika, yaitu pengolahan limbah cair dengan beberapa tahap proses kegiatan yaitu :
1.     Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar dan mudah mengendap.
2.     Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
3.     Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam airatau menyumbat membran yang akan digunakan dalam proses osmosis.
4.     Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
5.     Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang dilakukan untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah sebelumnya dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini diaplikasikan untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.
6.     Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Metode kimia dibedakan atas metode nondegradatif misalnya koagulasi dan metode degradatif misalnya oksidasi polutan organik dengan pereaksi lemon, degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet dll.
7.     Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara aerobik maupun anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang murah dan efisien.
                 
               Gambar 2. Alur Cleaner Production pada Peternakan Babi

      Pada Industri peternakan, penggunaan air untuk manajemen pemeliharaan membutuhnya jumlah yang sangat banyak, tetapi tidak semua air yang digunakan benar-benar efektif untuk digunakan dab berakibat pada pemborosan. Penggunaan air yang banyak dikarenakan peternak dalam membersihkan kandang, kotoran yang ada pada selokan tidak diambil terlebih dahulu tetapi dengan bantuan air menghanyutkan kotoran sampai tempat pengendapan limbah padat sehingga air yang digunakan sangat banyak.  Hal ini dapat dirubah dengan meninjau ulang desain sanitasi dan manajemen pemeliharaan.
Peternak dapat merencanakan pembangunan pipanisasi air sehingga dengan adanya jalur pipanisasi pada kandang dapat meminimalkan air yang terbuang, hal ini dikarenakan dengan menggunakan selang lebih hemat tetapi memerlukan waktu, dikarenakan ternak perlu adaptasi dengan perubahan sistem pemeliharaan yang ada. Peternakan akan menggunakan air untuk sanitasi dengan secukupnya serta perbaikan saluran air pada peternakan, hal ini telah dilakukan sebagian antara lain memperbaiki saluran air yang rusak serta mematikan air apabila tempat penampungan air telah penuh sehingga air yang terbuang sia – sia dapat dikurangi.
Diharapkan dengan merubah kebiasaan yang telah ada dapat mengurangi konsumsi air yang digunakan untuk membersihkan kandang, sehingga kebiasaan yang semula menghanyutkan kotoran dengan air dapat dikurangi karena menghanyutkan kotoran dengan air membutuhkan jumlah air yang banyak dan limbah yang dihasilkan akan lebih banyak pula sehingga biayanya juga tinggi.
Pemakaian air yang digunakan oleh peternakan ternyata bisa lebih dihemat, bila mengikuti model cleaner production manajemen, diikuti penghematan untuk biaya listrik dengan memenfaatkan biogas dan Pengurangan biaya dari pembuangan limbah.
Penghematan air mampu meringankan pengeluaran peternak, sehingga mampu menambah pendapatan peternakan, apalgi daur ulang akan tetapi penghematan yang didapat tidak sepenuhnya, kemungkinan hanya 25% - 50 %, dikarenakan dalam proses pemeliharaan pasti ada air yang tetap terbuang, tetapi dengan produksi bersih mampu meminimalkan kehilangan sumber daya alam yang digunakan pada proses pemeliharaan.

0 komentar:

Post a Comment