Usaha peternakan babi dapat
memberikan manfaat yang besar dilihat dari perannya sebagai penyedia protein
hewani. Hasil sampingan ternak berupa limbah dari usaha yang semakin intensif
dan skala usaha besar dapat menimbulkan masalah yang kompleks. Selain baunya
yang tidak sedap, keberadaannya juga mencemari lingkungan, mengganggu
pemandangan, dan bisa menjadi sumber penyakit.
Peternakan babi mempunyai
karakteristik khusus, sehingga perlu direncanakan secara lebih terperinci dan seksama
serta menyeluruh. Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha skala
besar, perlu dipersiapkan untuk jangka waktu 20-25 tahun, karena modal yang
diinvestasikan sangat tinggi. Penting pula diperhatikan faktor fisik, ekonomis,
dan sosial, terutama di Indonesia, agar sesuai dengan makna yang terkandung
dalam peraturan yang berlaku. Undang-Undang RI No. 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, terutama pasal 16 yaitu
setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang
pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah.
Sejak awal, suatu usaha
peternakan babi, harus telah membuat perkiraan dampak lingkungan hidup, baik
fisik, ekonomis dan sosial budaya. Berdasarkan analisis tersebut dapat
diperkirakan secara terperinci dampak negatif dan positif yang akan timbul dari
usaha atau kegiatan beternak babi, sehingga sejak dini sudah dipersiapkan
langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya.
Dampak yang perlu dipertimbangkan antara lain : banyak manusia yang akan
terkait disekitarnya; luas wilayah penyebaran dampak; lama dampak berlangsung;
intensitas dampak; banyak komponen lingkungan lainnya yang akan terkena; sifat
komulatif dampak tersebut; berbalik (reversible) atau tidaknya (irreversibel)
dampak.
Pemanfaatan
Limbah Ternak Babi
Limbah ternak babi dapat dikelola
untuk berbagai macam tujuan, terutama menjadi pupuk. Kotoran yang dihasilkan
babi itu ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang yang telah
membusuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran yang dikeluarkan babi sebagai
sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainnya.
Sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah
disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh
jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah. Pada saat krisis
energi saat ini limbah ternak babi juga dapat diolah untuk menghasilkan biogas.
Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.
Pengelolaan
Limbah Ternak Babi
Dalam upaya pencegahan pencemaran
lingkungan diperlukan perhatian khusus perlu mendapatkan perhatian terhadap
beberapa hal :
- Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal pemukiman
- Pengelolaan limbah ternak agar ditingkatkan guna menghindari timbulnya polusi dan gangguan lain asal pemeliharaan babi yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau, suara, serangga, tikus serta pencemaran air sungai dan lain-lain
- Setiap usaha budidaya ternak babi agar membuat unit pengelolaan limbah peternakan (padat, cair, dan gas) yang sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.
- Setiap usaha budidaya ternak babi agar membuat tempat penampungan kotoran dan air kencing dengan sistim bak penampungannbertingkat.
- Disarankan agar di sekitar lahan, ditanami tanaman untuk menyerap bau seperti tanaman kamboja, kenanga dan pohon jarak.
1.
seperti
tanaman kamboja, kenanga dan pohon jarak.
Beberapa
cara penanganan limbah ternak dapat dilakukan melalui :
1).
Penanganan Limbah Ternak Menjadi Pupuk
Padat/Cair
Dalam rangka
pemberdayaan peternak salah satu yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan
limbah ternak sebagai input usaha. Ada beberapa alternatif dalam penanganan
limbah kotoran menjadi pupuk padat/cair dari beternak babi, antara lain :
- Mengumpulkan kotoran dari setiap babi, kemudian dibuat jadi kompos.
- Menampung kotoran yang diperoleh setiap hari kedalam bak penampungan, setelah penuh dibongkar lalu dikeringkan dan dibuat pupuk buatan dengan cepat (sistem bokasi).
- Mengalirkan limbah kotoran ke kolam penampungan yang bertingkat, dengan perpaduan tanaman air dan pemelihara ikan, sehingga kolam terakhir menghasilkan air yang bersih. Penggunaan pupuk organik sangat bermanfaat bagi petani/peternak untuk mengurangi biaya produksi terhadap sarana produksi seperti mengurangi pupuk kimia. Dengan demikian penerapan teknologi bertanam organik yang ramah lingkungan mengukuhkan petani semakin lebih mandiri dari ketergantungannya dari sarana produksi yang harganya terus meningkat seperti pupuk kimia dan pestisida.
Penanganan
Limbah Ternak Menjadi Biogas
Disamping penanganan limbah
kotoran menjadi pupuk, salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah teknologi
gas bio (bio-reaktor). Teknologi ini memanfaatkan mikroorganime yang tersedia
di alam untuk merombak dan mengolah berbagai limbah organik yang ditempatkan
pada ruang kedap udara (anaerob). Pada akhirnya hasil proses perombakan
tersebut dapat menghasilkan pupuk organik cair dan padat bermutu baik serta
berupa gas yang terdiri dari gas methane (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2).
Gas tersebut dapat dimanfaatkan jadi bahan bakar gas (BBG) yang lazim kita
sebut gas-bio. Pengembangan sumber energi alternatif dalam mengantisipasi
kebutuhan energi rumah tangga terutama di pedesaan dapat dilakukan dengan
energi biogas yaitu dengan memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat
kedap udara yang disebut digester. Biodigester ukuran 2 m3 kubik tipe kubah cocok untuk petani yang memiliki 15 ekor babi
dengan mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap.
Potensi kotoran segar ternak babi menghasilkan 1,5-2 kg/ekor/hari dengan
potensi gas yang dihasilkan 0,040-0,059 kg/m3. Sistem pemeliharaan ternak tersebut
harus dikandangkan (intensif) sehingga seluruh kotoran ternak segar dapat
diproses dan dimasukkan kedalam biodigester.
Tabel Potensi Produksi Gas dari Berbagai
Jenis Kotoran
Jenis Kotoran
|
Produksi Gas per kg (m3)
|
Sapi/Kerbau
|
0,023-0,040
|
Babi
|
0,040-0,059
|
Unggas
|
0,065-0,116
|
Manusia
|
0,020-0,028
|
Biogas bermanfaat sebagai sumber
energi alternatif, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan
meningkatkan kebersihan lingkungan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik
yang bermutu. Sistem produksi biogas dapat dihasilkan dari bio reaktor dalam
skala rumah tangga maupun skala industri dengan pertimbangan potensi limbah
yang tersedia, model konstruksi bio reaktor dan biaya investasi. Biaya
pembuatan instalasi biodigester 9 m3 sebesar 9 jutaan, dengan umur pakai 20-25
tahun, apabila 1 rumah tangga memiliki 15 ekor babi dapat menghasilkan gas/hari
yang setara dengan 1 liter minyak tanah. Contoh proses pengolahan biogas
seperti gambar 1. Metode yang digunakan adalah Put-flow digester, cocok untuk limbah yang berasalh dari kotoran
ternak seperti babi dan ruminansia yang memiliki kandungan padatan 11-13%. Ciri
khas pencampuran dan tangki digester. Pada tempat pencampuran dan tangki
digester. Pada tempat pencampuran, penambahan air diatur sehingga slurry mempunyai konsistensi yang
optimal. Digester biasanya persegi panjang, kedap air dan dengan tutup yang
dapat dirubah.
Bahan baku dimasukkan dari salah
satu sisi dan mendorong keluar buangan yang telah terfermentasi pada sisi
lainnya. Waktu retensi rata-rata solid tertahan
dalam digester yaitu sekitar 20-30 hari. Biogas yang dihasilkan terperangkap
dibawah penutup impermeable yang
menuutpi tangki kemudian gas disalurkan melalui pipa yang berada di bawah
penutup menuju generator. Digester jenis ini memrlukan pemeliharaan yang
minimal dan panas buangan dari mesin generator digunakan unutk memanasi
digester. Di dalam digester pipa sirkulasi air panas akan memanaskan slurry dan menjaga temperaturnya pada
25-40°C, temperature yang cocok bagi bakteri metanogen.
Pada peternakan perorangan,
desain plug-flow skala kecil atau
digester bak tertutup merupakan desain yang sederhana dan dapat memproduksi
biogas untuk memenugi kebutuhan listrik dan pemanas. System plug-flow dapat memproses 8000 galon
(33280 m3) kotoran ternak per hari yang dihasilkan
oleh sekitar 500 babi.
Gambar 1. Skema Sistem Digester Anaerobik
Dari hasil proses diatas,
diharapkan terbentuknya system produksi renewable
energy yang dihasilkan dari limbah kotoran ternak yang dapat digunakan
untuk bahan bakar kendaraan maupun energy listri dan panas untuk kebutuhan
konsumsi peternakan lokal.
Pengelolaan
Manajemen Budidaya Ternak Babi Ramah Lingkungan
Selain mengolah limbah kotoran
ternak sebagai biogas, dapat juga dilakukan daur ulang pada air limbah sehingga
dapat digunakan kembali sebagai air bersih untuk manajemen pemeliharaan maupun
membuka usaha tambahan seperti kolam lele yang dapat menambah keuntungan usaha
peternakan.
Pengolahan air limbah secara Fisika,
Kimia maupun biologi (aerobic dan anaerobic) bertujun untuk mengurangi/menghilangkan
residu pencemaran sebelum dibuang atau dimanfaatkan kembali dalam proses
produksi, dimana alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 2.
Pengolahan limbah cair dapat
dilakukan dengan cara-cara :
Cara Fisika, yaitu pengolahan limbah
cair dengan beberapa tahap proses kegiatan yaitu :
1. Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar dan mudah mengendap.
2. Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang mengapung seperti
minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
3. Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel
tersuspensi dari dalam airatau menyumbat membran yang akan digunakan dalam
proses osmosis.
4. Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan senyawa
organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali
air buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
5. Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang
dilakukan untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah sebelumnya
dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini diaplikasikan
untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.
6. Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan menambahkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Metode kimia dibedakan atas metode
nondegradatif misalnya koagulasi dan metode degradatif misalnya oksidasi
polutan organik dengan pereaksi lemon, degradasi polutan organik dengan sinar
ultraviolet dll.
7. Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara aerobik maupun anaerobik.
Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang murah dan efisien.
Gambar 2. Alur Cleaner Production pada
Peternakan Babi
Pada Industri peternakan, penggunaan air untuk manajemen
pemeliharaan membutuhnya jumlah yang sangat banyak, tetapi tidak semua air yang
digunakan benar-benar efektif untuk digunakan dab berakibat pada pemborosan.
Penggunaan air yang banyak dikarenakan peternak dalam membersihkan kandang,
kotoran yang ada pada selokan tidak diambil terlebih dahulu tetapi dengan
bantuan air menghanyutkan kotoran sampai tempat pengendapan limbah padat
sehingga air yang digunakan sangat banyak.
Hal ini dapat dirubah dengan meninjau ulang desain sanitasi dan
manajemen pemeliharaan.
Peternak dapat merencanakan
pembangunan pipanisasi air sehingga dengan adanya jalur pipanisasi pada kandang
dapat meminimalkan air yang terbuang, hal ini dikarenakan dengan menggunakan
selang lebih hemat tetapi memerlukan waktu, dikarenakan ternak perlu adaptasi
dengan perubahan sistem pemeliharaan yang ada. Peternakan akan menggunakan air
untuk sanitasi dengan secukupnya serta perbaikan saluran air pada peternakan,
hal ini telah dilakukan sebagian antara lain memperbaiki saluran air yang rusak
serta mematikan air apabila tempat penampungan air telah penuh sehingga air yang
terbuang sia – sia dapat dikurangi.
Diharapkan dengan merubah
kebiasaan yang telah ada dapat mengurangi konsumsi air yang digunakan untuk
membersihkan kandang, sehingga kebiasaan yang semula menghanyutkan kotoran
dengan air dapat dikurangi karena menghanyutkan kotoran dengan air membutuhkan
jumlah air yang banyak dan limbah yang dihasilkan akan lebih banyak pula
sehingga biayanya juga tinggi.
Pemakaian air yang digunakan oleh
peternakan ternyata bisa lebih dihemat, bila mengikuti model cleaner production
manajemen, diikuti penghematan untuk biaya listrik dengan memenfaatkan biogas
dan Pengurangan biaya dari pembuangan limbah.
Penghematan
air mampu meringankan pengeluaran peternak, sehingga mampu menambah pendapatan
peternakan, apalgi daur ulang akan tetapi penghematan yang didapat tidak
sepenuhnya, kemungkinan hanya 25% - 50 %, dikarenakan dalam proses pemeliharaan
pasti ada air yang tetap terbuang, tetapi dengan produksi bersih mampu
meminimalkan kehilangan sumber daya alam yang digunakan pada proses pemeliharaan.
0 komentar:
Post a Comment