Saturday, February 11, 2017

Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Ternak Ruminansia

Anatomi reproduksi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah mempelajari bentuk dan struktur bagian-bagian dari alat kelamin ternak jantan dan betina. Sedangkan fisiologi reproduksi adalah mempelajari fungsi dan proses-proses baik biofisika maupun biokimia yang terjadi dalam organ-organ alat reproduksi tersebut. Sedangkan reproduksi pada suatu ternak merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan seluruh tubuh ternak


A.    Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Ternak Jantan
Tugas utama bagi pejantan adalah mampu memproduksi calon–calon individu baru yang normal dan sehat. Calon-calon individu baru ini disebut spermatozoa. Untuk mendapatkan keturunan yang baik maka sebagai pejantan harus mampu menghasilkan spermatozoa yang baik dan sempurna. Dari spermatozoa yang baik diharapkan akan menghasilkan individu-individu yang baik pula.
Sistim reproduksi ternak jantan terdiri atas :
·        sepasang testis atau disebut gonad, buah zakar atau kelenjar kelamin utama.
·      saluran reproduksi yang terdiri atas epididymis, vas deferens, ampula dan urethra Saluran ini dilengkapi dengan kelenjar accesories atau kelenjar tambahan dimana kelenjar ini fungsinya untuk mengencerkan sperma.
·   alat kelamin bagian luar, yang terdiri atas penis, yang dibungkus oleh preputium dan Scrotum

1.     Gonad (Testis)
Testis merupakan bagian alat kelamin yang utama. Pada hewan mamalia terdiri dari dua testis yang terbungkus didalam skrotum. Skrotum ini akan memberikan lingkungan yang lebih cocok dimana dalam skrotum dilengkapi dengan suatu termoregulator yang dapat mengatur suhu skrotum tetap konstan yaitu selalu dalam kondisi lebih rendah daripada suhu tubuh, karena untuk pembentukan sperma dibutuhkan suhu yang rendah. Bentuk, ukuran atau berat serta letak testis tiap species hewan cukup bervariasi. Namun pada umumnya bentuk testis adalah bulat panjang kearah vertikal, dengan struktur dasar testis terdiri atas beribu-ribu tubuli seminiferosa yang dikelilingi oleh kapsul berserabut atau trobekula.
Lapisan-lapisan tenunan pembungkus testis apabila disayat secara melintang, maka akan terlihat mulai dari luar kedalam adalah:
·          epidermis yaitu bagian kulit terluar
·       korium yaitu berupa jaringan bagian kulit yang mengandung banyak urat darah dan syaraf.
·      tunika dartos yaitu suatu fascia pelindung yang juga mengandung unsur serabut urat daging, jadi dapat berkontarksi.
·        tenunan pengikat yang longgar
·        tunika vaginalis komunis (bagian dari peritoneum)
·       rongga sempit yang merupakan bagian dari rongga perut yang menjulur ke daerah inguinal yang merupakan suatu kantong dimana selanjutnya ditempati oleh testis yang turun dari rongga perut sewaktu masih dalam perkembangan embrio.
·       tunika albugenia merupakan bagian dfari pembungkus langsung pada parenchyma testis. Tunika albugenia ini banyak mengandung serabut-serabut fascia yang licin dan mengkilat dan berwarna putih yang banyak mengandung buluh syaraf.
·      parenchyma testis, merupakan bagian yang paling utama atau inti, karena bagian ini tempat pembuatan spermatozoa, tepatnya di tubuli seminiferi. Dibagian parenchyma ini terdiri atas tubuliseminiferi, sel-sel interstitial, saluran-saluran cairan testis dan spermatozoa.
·        mediastenum testis, merupakan bagian tengah dari testis dan merupakan perluasan dari testis.
·      pembentukan Spermatozoa diproduksi dalam suatu saluran yang sangat kecil dan berkelok-kelok yang disebut tubulus spermaticus. Tubuli ini merupakan suatu tubulus atau saluran yang kecil, panjang dan berkelokkelok dan memenuhi seluruh pembungkusnya yaitu lobulus. Lobulus berupa kantong kecil yang pada umumnya berbentuk kerucut atau lancip, dimana pada ujung medialnya berbentuk lancip dan ujung lateralnya lebar dan merupakan dasar dari kerucut tersebut.

Dinding tubulus seminiferus terdiri atas sel-sel membran basal, epithel benih, sel-sel penunjang dan sel penghasil cairan testis. Tubuliseminiferi akan bermuara pada ujung medialnya yang berbentuk kerucut dan langsung berhubungan dengan rete testis. Epitel benih terdiri atas :
· sel benih atau spermatogonium. Spermatogonium akan mengalami proses pembelahan secara reduksi dan mengalami perubahan bentuk yaitu dari bentuk poligonal menjadi sel yang berekor.
·     sel sertoli. Sel ini melekat pada membran basal, berbentuk panjang dan mempunyai peranan dalam merawat spermatozoa yang masih muda. Disamping itu sel sertoli menghasilkan hormon dan cairan testis.

Spermatogonium terletak diatas membran basal dari tubuli seminiferi. Spermatogonium tersebut akan berkembangmelalui pembelahan sel. Spermatogonium akan membelah menjadi dua yaitu yang satu tetap berada dalam membran basal sedangkan yang kedua berubah menjadi spermatosit I (satu). Kemudian akan membelah lagi menjadi spermatosit II dan berubah lagi menjadi spermatid.
Spermatid akan mengalami perubahan bentuk menjadi spermatozoa muda, yang kemudian akan dirawat oleh selsel sertoli sampai protein goblet yang masih berada dalam pangkal ekor menjadi kecil. Setelah itu spermatozoa akan terlepas dari sel sertoli dan terbawa oleh cairan testis dan segera masuk kedalam lumen tubuli seminiferi yaitu masuk kedalam retetestis dan diteruskan kebagian mediastinum yang akhirnya spermatozoa yang belum dapat bergerak tersebut akan berdesak-desakan untuk memasuki epididymus.

Rete testis terletak diantara tubulus seminiferosa dan duktuli efferens yang berhubungan dengan ductus epididymus pada bagian kepala atau caput. Rete testis ini terdiri dari saluransaluran yang beranastomose dalam medias tinum testis.

Diantara lobuli terdapat sel-sel interstitial atau disebut juga sel Leydig. Sel ini merupakan penghasil hormon androgen atau testosteron. Testosteron adalah hormon yang berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan sexual dari pejantan. Apabila sel leydig terganggu maka produksi testosteron akan terganggu pula.

Berbeda dengan hewan betina yang mengenal siklus berahi dimana pada periode tertentu saja hanya ada satu sel ovum yang masak atau diproduksi dan siap untuk diovulasikan atau dikeluarkan untuk melakukan fertilisasi atau peleburan antara sel kelamin jantan (spermatozoa) dengan sel telur (ovum).

Hal ini tidak terjadi pada hewan jantan. Hewan jantan akan memproduksi sel spermatozoa secara terus menerus tanpa ada hentinya. Kecepatan produksi sperma akan tergantung dari kondisi makanan yang dikonsumsi dan tingkat protein yang terkandung dalam makanan tersebut. Selain fungsi utamanya sebagai penghasil sel benih jantan atau spermatozoa, fungsi testis lain yang tidak kalah pentinganya yaitu memproduksi hormone androgen

2.     Epididymis
Epididymus merupakan suatu saluran yang bentuknya bulat dan panjang serta berkelok-kelok yang menghubung kan vasa efferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymus terletak diatas testis dan melekat pada tunika albugenis. Secara garis besarnya, saluran epididymus dapat dibedakan menjadi :
·      kepala epididymus (caput epididymus), bagian dari epididymus yang melekat pada bagian ujung dari testis dimana pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk. Bagian ini lebih besar daripada bagian yang lain
·      bagian badan atau leher (Corpus epididymus) adalah bagian yang sejajar dengan aksis longitudinal dari testis. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding kan pada bagian kepala. Bagian ini menjulur terus ke bawah sampai hampir melewati testis.
·      bagian ekor (Cauda epididymus)yaitu berupa jendolan di ujung bawah dari testis. Bagian ekor ini terletak langsung dibawah corpus, yang mulai berbelok keatas.

Saluran epididymus di bagian kepala terdapat duktuli eferentis yang jumlahnya 12 sampai 15 buah, yang menampung spermatozoa dari rete testis. Jadi setelah spermatozoa muda terlepas dari sel sertoli, kemudian masuk dalam lumen tubuli seminifera dan bergerak menuju ke epididymus setelah melewati duktuli eferentis. Ductuli eferentis dindingnya bercilia dan mempunyai sel-sel epitel yang menghasilkan cairan. Dengan adanya cairan dan cilia tersebut maka spermatozoa dapat terdorong dan bergerak mengarah ke badan epididymus. Epididymus mempunyai fungsi beberapa macam, di antaranya :
·   epididymus merupakan tempat transportasi, di mana masa spermatozoa yang dialirkan dari rete testis ke dalam ductuli efferentis dan akhirnya akan diangkut ke dalam duktus defferens. Transportasi ini dapat dilakukan karena adanya gerakan silia dan gerakan peristaltik dari musculature pada dinding epididymis pada saat pra ejakulasi.
·       epididymus merupakan tempat untuk membuat konsentrasi sperma menjadi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena cairan testis yang menjadi medium dari masa spermatozoa, airnya diserap oleh epitel dinding epididymus sehingga sampai di ekor epididymus, konsentrasi semen sangat tinggi.
·   epididymus juga merupakan tempat untuk pemasakan atau pendewasaan bagi spermatozoa. Pemasakan ini disebab kan karena adanya sekresi dari sel-sel epitel di ductus epididymus. Dimana tadinya sperma dengan butiran sitoplasma kemudian akan butiran tersebut akan menggeser dibagian paling bawah ekor dan akhirnya terlepas.
·      Epididymus merupakan tempat untuk menimbun spermatozoa. Pada epididymus bagian ekor, keadaannya sangat cocok untuk tempat penimbunan bagi spermatozoa yang belum dapat bergerak ini, sehingga hampir 50 persen jumlah spermatozoa terdapat di daerah tersebut

3.     Duktus Deferens
Duktus deferens atau vas deferens merupakan pipa yang berotot, terentang mulai dari ekor epididymus sampai ke uretra. Dindingnya tebal, mengandung serabut urat-urat daging yang licin, sehingga pada saat ejakulasi maka dapat mendorong spermatozoa dari epididymis keduktus ejakulatoris yang terdapat dalam ampula.

Vas deferens akan memasuki ruang abdomen bersama-sama dengan pembuluh-pembuluh darah dan syaraf yang ke testis dan bersatu menjadi satu kesatuan yang disebut funiculus spermaticus. Vas deferens dari kedua testis ini setelah meninggalkan ekor epididimus akan bergerak melalui kanal inguinalis terus keatas dan sesampainya diatas fesica urinaria, akan terletak berjajar dan secara lambat laun menjadi besar karena adanya kelenjarkelenjar yang ada di dinding duktus deferens, dan bagian ini disebut ampula. Panjang ampula tidak panjang (pada sapi sekitar 4 cm) dan setelah meninggalkan prostata maka keduanya akan mengecil lagi.

4.     Skrotum
Kantong testis disebut skrotum. Skrotum merupakan suatu kulit yang bentuknya seperti kantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit skrotum tipis dan sedikit atau tidak berambut. Susunan lapisan skroum dari paling luar adalah :
·        epidermis: tidak memliki rambut atau sedikit rambut
·   tunika dartos. Merupakan selapis jaringan fibroelastik yang bercampur dengan serabut otot polos. Serabutserabut otot polos ini pada saat cuaca dingin akan berkontraksi dan membantu mempertahankan posisi terhadap dinding abdominal dan pada saat panas akan merelaks dan menyebabkan testis turun menjauhi ruang perut. Dengan demikian maka skrotum dapat mengatur temperatur testis agar temperaturnya tetap dipertahankan 40C sampaii 70C lebih rendah dari pada temperatur tubuh. Mekanisme dari sistim thermoregulator ini karena adanya kerja dari dua muskulus yaitu muskulus kremaster externa, muskulus kremaster interna dan tunika dartos.
·        Fasia superfisial merupakan lapisan tipis jaringan ikat
·   Fasia bagian dalam yang terdiri atas tiga lapis yang sulit dipisahkan apabila dilakukan pembedahan.
·        Tunika vaginalis komunis, yang merupakan lapisan luar penutup testis.

5.     Kelenjar Pelengkap
Kelenjar pelengkap disebut juga kelenjar kelamin aksesoris. Kelenjar-kelenjar ini akan menghasilkan sebagian besar dari bahan ejakulasi semen yang berperan dalam transportasi semen, sebagai media yang cocok untuk makanan dan sebagai buffer terhadap sifat keasaman yang berlebih pada saluran genital betina. Kelenjar-kelenjar accesoris ini adalah :
·      Kelenjar vasikuler atau vesicula seminalis, pada umumnya jumlahnya sepasang dan terletak sebidang dengan ampula vas defferens. Kedua kelenjar tersebut mengapit ampula. Sekresi dari kelenjar vesikuler akan bermuara dengan duktus deferens. Kelenjar vesikuler pada sapi berbentuk lobus-lobus dengan ukuran yang cukup besar, Sekresi kelenjar vesikuler merupakan 50 persen dari volume total dari satu ejakulasi yang normal.
·      Kelenjar prostat adalah kelenjar yang letaknya berada dibawah kelenjar vesikuler, tepatnya mengelilingi pelvis urethra. Kelenjar ini bentuknya berbeda-beda. Pada sapi ber bentuk bulat dan lebih kecil dari kelenjar vesikuler dan pada anjing dan kuda berbentuk seperti buah kenari (walnut). Kelenjar prostat menghasilkan secret yang bersifat alkalin yang memberikan bau yang kharakteristik pada cairan semen.
·   Kelenjar Bulbouretral (Cowper’s). Kelenjar cowpers merupakan sepasang dan letaknya lebih kebelakan (caudal) dari kedua kelenjar tersebut, yaitu di tempat tikungan dimana urethra membelok kebawah sewaktu urethra mau keluar dari ruang pelvis. Sekret dari kelenjar ini sangat berguna pada saat sebelum kopulasi dimana sekresinya bersifat apocrine yang fungsinya untuk membersihkan saluran urethra dari sisa-sisa urine dan kotoran.

6.     Urethra
Urethra merupakan bagian saluran yang tergantung dari tempat bermuaranya ampula sampai ke ujung spenis. Urethra merupakan saluran untuk urine dan untuk semen sehingga disebut saluran urogenitalis. Urethra terbagi atas tiga bagian yaitu :
·      Bagian pelvis
·      Bagian yang membengkok
·      Bagian penis

7.     Penis dan Preputium
Penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan, yang akan menyemprotkan semen kedalam alat reproduksi betina dan untuk lewatnya urine. Penis dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
·      Gland penis yang dapat bergerak bebas
·      Badan
·      Bagian pangkal atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus.

Penis dilengkapi dengan dua macam perlengkapan yaitu musculus retraktor penis yang dapat merelax dan mengkerut dan corpus covernosum penis yang berfungsi untuk menegang kan penis. Dalam keadaan non aktif. Musculus retractor penis akan mengkerut, kemudian penis akan membentuk huruf S sehingga penis dapat tersimpan dalam preputium.

Penis terbungkus oleh tunica albugenia yang ber warna putih. Bentuk penis ternak pada umumnya sama yaitu bulat panjang. Pada sapi penis ini bertipe fibroelastis artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan non aktif atau tidak ereksi. Sedangkan praeputium merupakan lipatan kulit yang ada di sekitar ujung penis. Pada ternak-ternak tertentu, praeputium mempunyai bentuk yang agak khas, sebagai contoh preputium pada kuda mempunyai lipatan yang rangkap, praeputium pada babi mempunyai divertikulum atau kantong disebelah dorsal dari orificium preputial, yang mempunyai fungsi untuk mengakumulasi urine, sekret dan sel-sel mati.

8.     Ereksi dan Ejakulasi
Ereksi merupakan peningkatan turgiditas (pembesaran) organ yang disebabkan oleh pemasukan darah lebih besar daripada pengeluaran yang menghasilkan penambahan tekanan dalam penis. Ereksi pada ternak ruminansia, saat ereksi baik panjang maupun besarnya tetap hampir sama dan terjadi karena fleksura sigmoid menjadi lurus. Ejakulasi merupakan suatu gerak refleks yang mengosongkan epididymus, urethra dan kelenjar-kelenjar accesoris, dimana ejakulasi ini disebabkan karena adanya rangsangan pada gland penis atau dapat juga ditimbulkan dengan adanya massase dari kelenjar-kelenjar aksesori melalui rektum atau dengan elektro ejakulator.

B.    Anatomi dn Fisiologi Reproduksi Ternak Betina
Sistim reproduksi ternak betina terdiri atas :
·        Sepasang ovarium atau penghasil telur.
·   Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii atau oviduct, uterus atau rahim, cerviks atau leher rahim dan vagina
·        Alat kelamin bagian luar yang terdiri atas vulva dan klitoris.

1.     Ovarium
Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama, karena fungsinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitogenik. Bersifat endokrin karena ovarium mampu menghasilkan hormon yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium juga mampu menghasilkan sel yaitu ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut induk telur, indung telur atau pengarang telur. Berbeda dengan ternak-ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya satu yaitu dibagian kiri sedangkan sebelah kanan mengalami rudimenter. Pada ternak atau hewan menyusui maka jumlahnya adalah sepasang, yang letaknya dekat ginjal, tepatnya dibelakang ginjal kanan dan kiri. Besarnya ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini tergantung dari jenis ternak, umur dan masa reproduksi ternak.

Bentuk ovarium pada kebanyakan species hewan adalah hampir sama yaitu seperti biji almond, tetapi ada beberapa ternak yang mempunyai bentuk ovarium yang berbeda seperti pada ternak babi bentuk ovariumnya tampak dengan lobul-lobul karena banyaknya folikel dan corpus lutea. Sedangkan pada kuda bentuknya mirip seperti kacang karena adanya fosa ovarii.

Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena pada dasarnya pada hewan dapat dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak yaitu hewan yang bersifat polytocus yaitu melahirkan anak dalam jumlah banyak dalam satu kali kelahiran seperti babi, kucing dan tikus sehingga bentuknya seperti buah murbei. Sedangkan sifat yang kedua adalah termasuk dalam golongan hewan monotokes maka bentuk ovariumnya bulat panjang atau bundar. Bentuk dan Berat Ovarium dijelaskan pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1. Bentuk dan Berat Ovarium pada Berbagai Ternak
                       
               Sumber : Fransond, 1992

Bagian ovarium terdiri atas bagian medula atau bagian sentral dan merupakan bagian yang berongga (vaskular). Sedangkan bagian luar atau korteks terdiri atas jaringan ikat iregular yang padat. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul jaringan ikat yang padat yaitu tunika albugenia. Sedangkan lapisan yang paling luar merupakan suatu lapis tunggal dari epitel germinal atau disebut sel kelamin primer.
Ada dua komponen yang amat penting yang terdapat dalam ovarium. Komponen tersebut adalah follikel dan korpus luteum. Kedua komponen ini memegang peranan penting dalam proses reproduksi.

2.     Folikel
Folikel dalam pertumbuhannya mengalami empat tahap yaitu :
·      folikel primer. Folikel primer merupakan suatu sel besar, dimana dalam tiap folikel terdapat oosit yang dikelilingi oleh suatu lapis tunggal dari sel-sel folikel dan disebut membrana granulosa . Folikel primer ini terjadi sejak ternak betina masih dalam kandungan. Letak folikel primer ini berada langsung di bawah kulit ovarium atau tunika albugenia
·      folikel sekunder. Folikel sekunder letaknya agak jauh dari permukaan ovarium. Sel-sel granulosanya lebih banyak dan ovumnya dilapisi oleh pembungkus tipis yang disebut membrana vitelina.
·      folikel tertier. Folikel tertier merupakan perkembangan dari folikel sekunder, dimana sel-sel granulosanya tampak lebih besar dan letaknya jauh dari korteks ovarium. Pertumbuhan sel granulosa antara bagian luar dan bagian dalam tidak sama menyebabkan terbentuknya rongga atau antrum-antrum yang semakin lama besarnya bertambah sehingga membentuk menjadi satu antrum yang besar.
·      Folikel de Graaf. Ova didalam folikel primer semakin besar. Sel-sel folikel berganda menjadi beberapa lapis, hingga membentuk folikel yang masak. Dalam folekel de graaaf ini ovum terbungkus oleh masa sel yang masak yang disebut cumulus ooporus. Ovum bersama cumulus ooporus menonjol kedalam ruang antrum yang penuh dengan cairan folikel. Cairan folikel ini mengandung hormone estrogen. Sel-sel granulosa yang membungkus ovum disebut corona radiata. Folikel degraaf setelah membentuk sejumlah cairan terus membesar dan mendorong ke arah permukaan ovari.

3.     Ovulasi
Folikel yang telah masak (folikel de Graaf) akan menonjol keluar melalui korteks ke permukaan ovarium. Dalam pertumbuhannya, folikel de Graaf mempunyai dua lapis sel stroma cortex yg mengelilingi sel-sel folikuler. Lapisan sel-sel tersebut membentuk theca foliculi yang dapat dibagi atas theca interna dan theca externa.
Sebelum ovulasi, folikel yang dibentuk untuk menghasilkan ovum mencapai ukurannya yang maksimal. Bertepatan dengan itu suatu cairan folikel segera di sekresikan dan buluh-buluh darah berkonstriksi.

Pemecahan folikel de Graaf terjadi sewaktu ovum dilepaskan dari ovarium yaitu pada daerah stigma. Stigma semakin lama menipis dan mengembung kepermukaan ovarium. Stigma yang mengembung segera pecah melepaskan sedikit cairan folikuler. Cairan folikuler bergerak melalui celah tersebut dan membawa ovum. Pecahnya folikel de Graaf yang membawa ovum keluar sering diistilahkan dengan sebutan “ ovulasi”. Setelah ovulasi maka folikel akan menciut. Dan ovulasi ini diikuti oleh pendarahan yang cukup meluas didalam rongga folikel.

4.     Corpus Luteum
Luteunasi adalah proses pembentukan corpus luteum oleh sel-sel granulose dan selsel theca. Segera sesudah ovulasi, terjadi kawah pada permukaan ovarium. Kawah tersebut kemudian diisi oleh darah dan lymphe sehingga berwarna merah, dan membentuk corpus haemorrhagicum. Darah ini cepat membeku dan diresorbsi. Kemudian rongga ini diganti dan diisi oleh sel-sel lutein yang semakin lama semakin banyak. Pada ternak sapi, sel-sel lutein mengandung suatu pigmen lipochrom kuning (lutein).

Apabila kebuntingan terjadi maka corpus luteum akan mempertahankan ukuran besarnya dan disebut sebagai corpus luteum verum. Sedangkan apabila tidak terjadi bunting disebut corpus luteum spurum. Jika tidak terjadi fertilisasi (peleburan sel telur dan sel sperma) maka corpus luteum beregresi karena aktifitas hormon progesteron menurun, dan memungkinkan folikel de Graaf yang lain menjadi matang. Kemudian corpus luteum beregresi akan mengecil dan berwarna pucat dan disebut corpus albicant.

Aktifitas FSH (Follicel Stimulating Hormone) akan semakin dipacu lagi yang menyebabkan perkembangan folikel tersier menjadi folikel de Graaf. Pengecilan corpus luteum disertai dengan munculnya tenunan pengikat, lemak dan struktur semacam hialine di antara sel-sel luteum. Hal ini akan mempercepat regresi sel luteum dan akhirnya sel luteum dan akhirnya sel luteum tidak terdapat lagi. Bekas tempat corpus luteum berubah menjadi jaringan parut yang berwarna coklat kepucat-pucatan, yang kemudian disebut corpus albicans.

5.     Fertilisasi
Fertilisasi yaitu peristiwa bersatunya sebuah spermatozoa dengan sebuah ovum. Fertilisasi terjadi diuatu tempat dalam oviduct, tepatnya didaerah ampula yaitu pada bagian Ampula Isthmus Junction (AIJ). Pada saat ovum bertemu dengan spermatozo, ovum masih terbungkus oleh banyak sekali sel-sel granulosa. Untuk dapat mencapai inti sel ovum, spermatozoa harus menembus segerombol sel-sel granulosa yang membungkus sel ovum, mucoprotein atau zona pellucida yang langsung membungkus sel ovum dan membran vitelin atau dinding ovum.

Setelah memasuki perjalanan yang cukup panjang dan penuh seleksi yang ketat, maka sperma yang tangguh dapat memasuki ampula. Spermatozoa yang telah memasuki ampula pada umumnya menjadi aktif bergerak karena dalam ampula terdapat cairan ampula yang berfungsi untuk mengaktifkan pergerakan spermatozoa. Dengan kekuatan dibagian ekornya, sprma akan menyusup diantara sel-sel granulosa. Selsel granulosa satu sama lain direkatkan oleh asam hyalurobate.

Spermatozoa akan terus berusaha untuk menekan lapisan zona pellucida hingga tembus. Kemudian kepala spermatozoa akan bersentuhan dengan membran vitelin maka terjadilah reaksi zona yaitu suatu reaksi dari zona pellucida untuk tidak dapat ditembus oleh spermatozoa yang lain. Reaksi zona ini disebabkan oleh adanya suatu zat yang dilepaskan oleh granula kortika yang berasal dari membran vitelin.

Reaksi zona berjalan bertahap yaitu dari mulai disekitar lubang yang dibuat oleh spermatozoa sampai meluas keseluruh permukaan zona pellucida. Reaksi zona ini berfungsi melindungi ovum dari spermatozoa lain yang juga ikut berusaha untuk membuahi ovum dan mencegah terjadinya sel-sel triploid.

Setelah kepala sperma menyentuh membran vitelin, terjadilah aktivasi ovum untuk menerima tamu. Membran vitelin memperlihatkan reaksi terhadap sentuhan kepala spermatozoa. Ditempat sentuhan terjadi tonjolan kecil dari membrane vitelin dan kemudian terbuka. Kemudian kepala sperma menyusup masuk kedalam sito plasma dan kemudian terjadilah pembelahan inti sel ovum

Setelah kepala sperma terputus dan berlahan-lahan mulai mengembung maka mengakibatkan hilangnya bentuk kepala sperma. Inti sel sperma juga terlihat pudar, tetapi nucleoli menjadi jelas. Kejadian ini diikuti dengan terurainya khromosom dari inti-inti sel ovum dan spermatozoa. Khromosom dari kedua inti berpasang-pasangan dan membentuk inti baru. Perjalanan Spermatozoa menemui ovum dalam organ reproduksi ternak betina tertera pada Gambar 1.

                       

Gambar 1. Perjalanan Spermatozoa Menemui Ovum dalam Organ Reproduksi Betina (Sumber: Koleksi Vedca)


6.     Tuba Fallopii (Oviduct)
Selain bangsa unggas, hewan betina mempunyai sepasang oviduct. Saluran ini menghubungkan antara ovarium dengan uterus. Oviduct merupakan saluran kecil yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian oviduct terdiri atas: Infundibulum, ampula dan bagian yang terakhir yang berhubungan langsung dengan uterus disebut istmus. Infundibulum merupakan bagian yang paling ujung dari oviduct dan berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan berjumbai-jumbai. Tetapi ada beberapa species yang bentuk infundibulum berbentuk kapsul. Bagian ujung dari infundibulum membentuk fimbrae. Fimbrae ini letaknya dekat sekali dengan ovarium bahkan biasanya menyelimuti ovarium. Fimbrae mempunyai sifat ovotoxis artinya bergerak kearah adanya ovum. Bahkan ada yang berpendapat bahwa Fimbrae ini dapat mengusap-usap ovarium untuk mem percepat proses ovulasi, dapat mengambil ovum yang jatuh kedalam ruang abdomen dan bahkan Fimbrae kiri dapat menangkap ovum yang di ovulasikan dari ovarium kanan dan sebaliknya
Fungsi dari oviduct adalah :
·      menerima telur yang diovulasikan ovarium
·      menerima spermatozoa dari uterus
·      mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa
·      menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zigote) ke dalam uterus
·    menyeleksi sperma. Bagian oviduct yang mempunyai konstruksi khusus dan disebut utero tubal junction (UTJ) mempunyai fungsi untuk me nyeleksi sperma yang akan masuk kedalam tuba fallopii dari uterus.
·  kapasitasi spermatozoa. Adanya cairan oviduct menyebabkan spermatozoa mengalami proses pendewasaan
7.     Uterus
Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus atau corpus uteri, tanduk uterus (cornu uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip dan cerviks atau leher uterus.Bentuk uterus pada setiap jenis hewan bervariasi. Bentukbentuk uterus pada beberapa jenis hewan adalah :
·       uterus duplex, yaitu uterus yang uterus yang serviksnya ada dua buah, corpus tidak ada dan cornunya terpisah satu dengan lainnya. Bentuk uterus ini terdapat pada tikus, mencit, kelinci dan marmut.
·   uterus bikornua, yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uterinya sangat pendek. Sebagai contoh terdapat pada ternak babi.
·      uterus bibartitus yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uteri cukup jelas dan panjang. Sebagai contoh terdapat pada hewan sapi,
·    uterus simpleks yaitu uterus yang tidak mempunyai kornu uteri, corpus uterinya besar dan mempunyai satu cerviks. Sebagai contoh terdapat pada bangsa primata.

Dinding uterus terdapat tiga lapis, dari luar kedalam yaitu :
·      membran serosa merupakan lapis pertama dari luar atau merupakan dinding luar
·  myometrium atau lapisan urat daging licin, yang mengandung urat syaraf dan pembuluh darah
·      endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen uterus dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar dan jaringan pengikat.

Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi. Yaitu sejak estrus sampai bunting dan melahirkan.
Fungsi uterus adalah :
·     pada saat estrus: Yaitu kelenjar endometrium yang terdapat pada dinding uterus menghasilkan cairan uterus yang diperlukan oleh spermatozoa untuk mendewasakan dirinya (kapasitasi) sehingga semakin tinggi kemampuannya untuk membuahi ovum pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi sehingga mampu mengangkut spermatozoa dari uterus ke tuba fallopii.
·   pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjarkelenjar endometrium mulai berkembang dan tumbuh memanjang dan menghasilkan cairan uterus yang merupakan substrat yang cocok untuk pertumbuhan embrio muda.
·      pada saat diestrus pada ternak yang tidak bunting maka telur yang tidak dibuahi oleh sperma, didalam uterus akan diresorbsi oleh endometrium.
·   pada saat kebuntingan uterus membesar secara berlahanlahan sesuai dengan pertumbuhan embrio.
·    Pada saat kelahiran uterus akan melakukan kontraksi sedemikian kuat sehingga dapat mengangkut fetus yang sedemikian beratnya untuk melampaui simfisis pelvis dan keluar dari badan.
·   pada saat selesai partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami pengecilan kembali atau involusi.
8.     Cerviks (Leher Rahim)
Cerviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup rapat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cerviks terletak di antara uterus dan vagina, dan merupakan pintu masuk kedalam uterus karena dapat terbuka atau tertutup yang sesuai dengan siklus berahi. Pada saat berahi serviks agak relaks sehingga memungkinkan spermatozoa dapat masuk dalam uterus. Kemudian pada saat kebuntingan maka sel-sel goblet yang terdapat pada cerviks akan memproduksi mucus dalam jumlah yang besar sehingga dapat mencegah masuknya zatzat yang membawa infeksi dari vagina kedalam uterus. Lumen serviks terbentuk dari beberapa gelang-gelang penonjolan dari mucosa cerviks yang dapat mengecil dengan kuat sekali. Fungsi cerviks yang utama adalah untuk menutup lumen uteri sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab itu lumen serviks selalu dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat melahirkan dan pada saat berahi lumen serviks akan membuka sedikit sehingga spermatozoa dapat masuk.

9.     Vagina
Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pelvis, diantara cerviks dan vulva. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan vulva dan partio vaginalis cervics yaitu bagian kesebelah cerviks. Pada ternak betina dara, terdapat selapus tipis yang merupakan sekat atau batas antara vestibulum vaginae dan partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen. Vagina berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi

10.  Vulva (Pudendum Femininum)
Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vulva dengan vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal. Pada berbagai jenis ternak bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri atas labio mayor dan minor. Kemudian bagian paling bawah dari vulva terdapat klitoris yang merupakan organ yang asal usul embrionalnya sama dengan penis pada hewan jantan.



Sumber : Nugroho, CP.  2008. Agribisnis Teknik Ruminansia. Departemen Pendidikan Nasional.

0 komentar:

Post a Comment