Tuesday, February 14, 2017

Memperbaiki Genetik Ternak Ruminansia



Dalam memperbaiki kualitas ternak melalui perbaikan mutu genetik, diperlukan yang cukup lama. Hal ini berbeda dengan program perbaikan mutu pakan atau pengobatan, dimana hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam waktu yang cukup singkat
Perbaikan mutu genetik ternak sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor yang akan mengontrol atau mengendalikan peningkatan atau perbaikan mutu genetik dari suatu perilaku atau karakter.
Faktor-faktor tersebut adalah kekuatan sifat menurun, seleksi deferensial dan interval generasi.

A.    Kekuatan Sifat Menurun (Heritabilitas)
Pane (1986) mengatakan bahwa heritabilitas menggambarkan kekuatan sifat menurun dari suatu karakter atau sifat, apakah karakter ini akan diturunkan kepada anak-anaknya atau tidak. Lebih lanjut dikatakan bahwa kekuatan sifat menurun adalah suatu keunggulan dari penurun atau teman sejenisnya pada waktu yang sama yang secara rata-rata diturunkan kepada keturunannya. Semakin besar kekuatan sifat menurun (heritabilitas) maka makin besar pula kemungkinan kesamaan turunan dengan penurunnya, terutama jika faktor lingkungan sama atau hampir sama. Kekuatan sifat menurun ini dinyatakan dengan tanda h2 dan dinyatakan dalam skala 0-1,0 atau 0-100 persen. Semakin tinggi nilai h2 maka makin besar kemungkinan kesamaan turunannya.
Kekuatan sifat menurun (Heritabilitas) dapat pula diukur dengan beberapa cara, diantaranya:
·       Dari hubungan antara penurun dan turunannya atau perbandingan antara performan dara dengan induknya. Cara ini dapat dipergunakan untuk mengukur heritabilitas ternak sapi, biri-biri, kuda dll. Namun demikian pengukuran dengan cara ini mempunyai Kelemahan dimana efek sifat keindukan (maternal effects) akan membuat keadaan menjadi membingungkan.
·       Dari respons yang nyata akibat seleksi Heritabilitas dapat dihitung dari jumlah penyimpangan (perbedaan) diantara garisgaris seleksi. Cara ini tidak umum digunakan dalam dunia peternakan
·       Dengan perbandingan me makai sapi kembar Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara kembar identic
·       (kembar homozigot, berasal dari satu sel telur) dengan kembar yang berasal dari dua sel telur (kembar dizigot.
Dikatakan oleh Pane (1986) bahwa heritabilitas yang didapat dengan mempergunakan cara tersebut ternyata lebih tinggi dari perkiraan penafsiran dengan memakai cara yang lain (yang bukan kembar).

B.    Seleksi Differensial
Menurut Noor R.R (2004) bahwa pada seleksi untuk satu sifat, semakin sedikit ternak yang dipilih semakin besar diferensial seleksinya. Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi differensial seleksi adalah besarnya kelompok ternak. Semakin besar suatu kelompok ternak maka differensial seleksi semakin besar. Oleh sebab itu pada populasi yang besar maka akan semakin besar pula kemungkinan dijumpai ternakternak yang performannya di atas atau di bawah rataan. Differensial seleksi pada ternak jantan lebih tinggi dari ternak betina.
Sedangkan Pane (1986) mengata kan bahwa Seleksi diferensial adalah satu ukuran atau pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana baiknya penurunan pilihan menghasilkan keturunan. Dilapangan, seleksi diferensial dapat dipengaruhi oleh bermacam macam faktor. Seleksi diferensial dapat berkurang atau menjadi terbatas, jika populasi ternak menjadi seragam dan terdapat terlalu sedikit ternak yang berada di atas atau dibawah nilai rata-rata. Seleksi diferensial dapat dihitung dari kedua penurunannya baik dari induk ataupun dari pejantan.
Seleksi differensial pada ternak jantan lebih tinggi daripada ternak betina. Ternak jantan mempunyai potensi untuk menghasilkan lebih banyak keturunan jika dibandingkan dengan ternak betina. Intensitas Seleksi Noor (2004) mengatakan bahwa Intensits seleksi adalah rasio antara differensial seleksi dengan simpangan baku suatu sifat.

Rumus : Intensitas seleksi (i)
             


Standar deviasi fenotip (P) adalah suatu penggambaran variasi yang terjadi untuk suatu sifat atau karakter dari sekelompok ternak tertentu.
Intensitas seleksinya juga akan semakin tinggi pada ternak jantan sehingga rataan sifat-sifat produksinya dapat lebih tinggi. Sebagai contoh pada program inseminasi buatan dimana pejantan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan anak yang lebih besar lagi dan memungkin kan peningkatan jumlah anak per pejantan. Sedangkan pada ternak betina dengan menggunakan teknik ovulasi berganda dan embrio transfer akan memperlihatkan proporsi ternak pengganti dapat mengubah seleksi deferensial.

C.   Interval Generasi
Interval generasi adalah waktu antara generasi yang satu dan yang yang berikutnya ditentukan dengan umur rata-rata dari penurunan ketika penurunannya lahir. Interval generasi juga dapat diartikan sebagai rataan umur ketua pada saat anak-anaknya dilahirkan. Interval generasi ini digunakan untuk menghitung rataan kemajuan seleksi per tahun. Interval generasi secara langsung dapat mempengaruhi kemajuan seleksi per tahunnya. Semakin besar interval generasi maka semakin kecil kemajuan seleksinya.
Interval generasi akan berbedabeda diantara species. Interval generasi pada sapi adalah antara 6-7 tahun, unggas 1 tahun, babi 2-3 tahun, dan pada manusia 30-35 tahun.

D.    Metode Perkawinan
Berdasarkan hubungan kekerabatan suatu metode perkawinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
·       Pembiakan tertutup yaitu perkawinan antara turunan.
·       Pembiakan keluar (out breeding) yaitu perkawinan antara yang tidak berhubungan keluarga

1.     Pembiakan Tertutup
Pada garis besarnya perkawinan antara turunan dibedakan menjadi dua yaitu:
·     Inbreeding. Merupakan perkawinan antar ternak yang memiliki hubungan keluarga yang lebih dekat jika dibandingkan dengan rataan hubungan kekerabatan dari kelompok tempat ternak berada. Tingkat inbreeding sangat tergantung dari berapa dekat hubungan keluarga antara kedua tetuanya. Inbreeding akan meningkatkan derajat homozigositas dan pada saat yang bersamaan menurunkan derajat heterozigositas.
·  Line Breeding (biak-sisi). Perkawinan secara inbreeding pada umumnya akan berpengaruh negatif terhadap keturunannya. Oleh sebab itu pada umumnya para peternak khawatir akan terjadi perkawinan secara inbreeding pada hewan ternaknya. Oleh sebab itu ada cara lain yang biasanya dipilih oleh para peternak yaitu dengan melakukan metode perkawinan secara line breeding atau biak-sisi. Line breeding adalah suatu program pembiakan atau perkawinan yang ditujukan untuk menciptakan hubungan keluarga pada seekor ternak yang baik atau disenangi dan biasanya seekor pejantan.

2.     Out Breeding
Out breeding merupakan kebalikan dari inbreeding. Jadi out breeding adalah perkawinan ternak yang hubungan kekeluargaannya lebih jauh dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal. Atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi.
Out breeding merupakan suatu metode untuk memperbesar variasi populasi baik secara fenotip ataupun genotip. Pada metode perkawinan secara out breeding ini maka keadaan heterozigot dari populasi akan meningkat sehingga akan mengakibatkan daya adaptasi ternak terhadap lingkungan akan meningkat pula. Pada garis besarnya out breeding dapat dibedakan lagi menjadi:

a.     Cross Breeding
Sampai saat ini cross breeding memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak. Cross breeding dapat dilakukan antara species, antara jenis, sisi dan lainnya.

Cross breeding antara species
Cross breeding antar species adalah perkawinan dengan suatu individu yang berbeda kromosomnya. Oleh sebab itu metode perkawinan ini belum banyak dilakukan karena adanya kesulitankesulitan teknis dalam kelanjutan penyilangan ternak yang berbeda jumlah kromosomnya. Meskipun spermatozoa mampu untuk membuahi sel ovum tetapi pada umumnya hasil pembuahan yaitu embrionya mempunyai daya tahan hidup cukup rendah. Dan apabila terjadi dan berhasil maka biasanya apabila fetus yang dihasilkan jantan, merupakan jantan yang mandul. Tetapi dengan semakin pesatnya perkembangan di bidang teknologi reproduksi, tidak mustahil dan menutup kemungkinan di masa yang akan datang metode perkawinan ini dapat dilaksanakan dan menjadi bermanfaat dengan nilai ekonomis produksinya yang sangat menguntungkan.
Untuk saat ini metode biak silang antara species dimanfaatkan masih dalam penelitian-penelitian saja. Sebagai contoh bahwa antara sapi bali dengan sapi Simmental bukan berada dalam species yang sama. Kedua-duanya hanya sama dalam familinya saja. Tetapi dari hasil perkawinan antara kedua species yang berbeda tersebut ternyata memberikan hasil yang cukup baik. Hasil produksinya, berat lahir maupun berat sapih umumnya baik/lebih tinggi, tetapi anak yang dihasilkannya mandul.
Beberapa contoh dari hasil biak silang antara species yang telah berhasil dilakukan, seperti :
·       Cattalo yaitu hasil perkawinan antara sapi dengan bison
·       Beefalo yaitu hasil perkawinan anatara sapi dengan kerbau
·       Mule yaitu hasil perkawinan antara kuda dengan keledai
·       Zebroid yaitu perkawinan antara kuda dengan zebra Grevy
·       Asbra yaitu perkawinan antara keledai dengan zebra, dll
·    Cross breeding antara breed Cross breeding antara breed adalah perkawinan pada ternak yang berbeda jenisnya. Persilangan dengan cara ini secara komersial mempunyai tujuan untuk:
·  Mendapatkan keuntungan dari setiap heterosis atau hibrid vigor yang dapat mengakibatkan hasil persilangan tersebut lebih baik atau lebih produktif dari salah satu asal penurunannya.
·       Mengambil keuntungan sebesar mungkin dari karakter atau sifat-sifat yang baik dari dua keturunan atau lebih yang berbeda tipenya.

Perkawinan silang antara keturunan akan dapat menghasilkan jenis baru. Sebagai contoh:
·    Sapi Santa Gertudis, Merupakan hasil persilangan sapi induk Shorthorn dengan pejantan Brahman. Hasil dari persilangan ini mempunyai keunggulan atau perbaikan genetik yaitu sapi santa Gertudis mempunyai berat dewasa rata-rata 100 kg lebih berat dari sapi Shorthorn pada umur dan jenis kelamin yang sama.
·     Sapi Brangus, Merupakan hasil persilangan antara Brahman dan sapi Angus. Sapi hasil persilangannya mempunyai sifat-sifat atau kharakter seperti sapi Angus.
·   Beef Master, Persilangan antara sapi Brahman, Shorthorn dan Hereford akan menghasilkan jenis sapi baru yang di beri nama Beefmaster yang mempunyai perbaikan dalam kesuburan, pertumbuhan dan produksi susu.

Dan jenis-jenis sapi lain yang merupakan hasil persilangan antara dua atau lebih dari jenis yang berbeda dan mempunyai kemampuan produksi yang lebih tinggi dari induknya, seperti sapi Charbray, sapi Dorought
master, dll.

b.     Out Crossing
Yang dimaksud perkawinan dengan metode outcrossing adalah jika kita memasukkan pejantan baru yang nantinya sebagai pembawa variasi genetik baru, dalam suatu kelompok ternak yang kita miliki. Out crossing ini dapat dimanfaatkan sebagai crash program dalam suatu upaya untuk perbaikan mutu. Hal ini tergantung dari berat ringannya out crossing tersebut.

c.     Back Crossing
Back crossing adalah persilangan dimana anak sapi (ternak) hasil dari persilangannya dikawinkan kembali
dengan penurunnya, sehingga diharapkan agar sifat baik yang terdapat pada F1 dapat dipertahankan terus.

d.     Grading Up
Grading up adalah peningkatan mutu suatu keturunan dengan jalan persilangan yang terus menerus. Cara ini telah terkenal dan banyak digunakan di seluruh dunia, dimana untuk di Indonesia, program tersebut telah banyak dilakukan terutama pada ternak unggas

e.     Top Crossing
Top crossing dilakukan pada peternak yang ingin kembali pada sumber genetik asal yaitu dari suatu keturunan untuk mendapatkan beberapa materi genetik baru.

f.      Mating Likes
Mating likes atau assortative mating adalah mengawinkan ternak yang setingkat yaitu ternak yang baik dengan yang baik, ternak yang sedang dengan yang sedang dan ternak yang jelek dengan yang jelek. Sistim perkawinan ini hanya mengutamakan penilaian berdasarkan fenotip. Cara ini tidak efisien dalam upaya merubah frekuensi gen dibandingkan dengan cara seleksi dan perkawinan lainnya.
Pada dasarnya ternak yang berbeda secara genetik misalnya antara bangsa atau species apabila disilangkan akan menghasilkan keturunan yang bersifat heterosis. Ada yang bersifat heterosis positip yaitu jika keturunan yang dilahirkan lebih baik dari kedua penurunnya dan adapula yang bersifat heterosis negatip yaitu apabila terjadi kebalikannya. Untuk mendapatkan sifat heterosis dari keturunannya maka perbedaan genetik dari kedua penurunnya haruslah besar. Heterosis yang positif dalam dunia peternakan disebut sebagai hibrid vigor yaitu keturunanya yang mempunyai sifat lebih baik dari penampilan rata-rata kedua penurunnya. Pada umumnya hibrid vigor akan memberikan penampilan yang maksimum pada turunan pertama (F1) dan kemudian akan menyusut secara bertahap setiap dilakukan silang balik dengan penurunnya.
Manfaat dari persilangan secara umum didapat pada sifat-sifat yang memiliki nilai heritabilitas rendah sampai sedang. Beberapa keuntungan langsung dari sistem persilangan dari berbagai ternak :

·       Pada sapi pedaging umumnya didapat setelah anak-anaknya dilahirkan. Jumlah anak yang dilahirkan per 100 betina yang dikawinkan akan lebih tinggi pada ternak-ternak silangan.




Sumber : Nugroho, CP. 2008. Agribisnis Teknik Ruminansia. Departemen Pendidikan Nasional.


0 komentar:

Post a Comment