• Veterinary One

    Until one has loved an animal a part of one's soul remains unawakened

  • Alligators

    An animal's eyes have the power to speak a great language

  • Little Tiger

    I am happy anywhere I can see the ocean

Saturday, February 25, 2017

Sanitasi Kandang Ternak

A.    Prosedur Sanitasi

Dalam rangka untuk mempersiapkan kandang dan peralatan untuk kegiatan agribisnis ternak ruminansia perah (pemerahan sapi, kerbau, ternak dan kambing). Maka kandang dan peralatan tersebut sebelum dipergunakan perlu dilakukan sanitasi. Agar pelaksanaan kegiatan sanitasi dapat berjalan dan berhasil optimal, maka perlu adanya prosedur yang benar. Yang dimaksud prosedur disini adalah suatu pedoman atau panduan dalam melakukan tahapan-tahapan kegiatan sanitasi kandang dan peralatan, sehingga akan diperoleh suatu hasil yang optimal.

1.    Penentuan Sasaran
Yang dimaksut penentuan sasaran disini adalah penentuan tempat atau benda yang akan disanitasi. Tentukan dahulu sasaran yang akan disanitasi. Kalau yang akan disanitasi adalah kandang, peralatan dan sarana pendukung kandang, maka yang perlu dipertimbangkan adalah berapa luas kandangnya, berapa jumlah peralatan kandang, berapa jumlah sarana pendukung kandangnya dan berapa luas area lingkungan kandangnya dan lain sebagainya.


2.    Pemilihan Bahan Sanitasi
Dalam pemilihan bahan untuk sanitasi kandang, peralatan dan lingkungan peternakan yang perlu dipertimbangkan adalah :
a.     Efektif
Karena tujuan dari sanitasi kandang, peralatan dan lingkungan peternakan adalah untuk mencegah terjadinya serangan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, jamur/parasit. Maka dalam memilih bahan untuk sanitasi pilihlah bahan sanitasi yang mempunyai sifat efektif dalam membasmi virus, bakteri, protozoa dan jamur/ parasit.

b.    Harga Murah
Pilihlah bahan untuk sanitasi kandang dan perlengkapan yang mempunyai harga murah, akan tetapi mempunyai daya kasiat yang tinggi dalam memberantas, atau membunuh mikroorganisma pembawa penyakit. Karena kalau bahan untuk sanitasi tersebut harganya mahal, maka akan memperbesar anggaran biaya yang harus dikeluarkan

c.     Mudah Didapat
Disamping harganya murah, pilihlah bahan sanitasi yang mudah didapat. Jangan memilih bahan sanitasi yang tidak tersedia dilokasi usaha.

d.    Tidak Mempunyai Efek yang Buruk
Selain efektif, harga murah dan mudah didapat, bahan sanitasi harus tidak mempunyai efek yang buruk . Yang dimaksud tidak mempunyai efek yang buruk adalah tidak menyebabkan atau menimbulkan bahaya bagi ternak, peternak dan lingkungan. Berbicara lingkungan disini adalah; baik itu lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik.

3.    Penyiapan Alat Untuk Sanitasi
Agar kegiatan sanitasi kandang dan peralatan peternakan dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan maka, alat-alat yang akan dipergunakan untuk kegiatan sanitasi perlu dipersiapan. Adapun peralatan tersebut diantaranya : cangkul, garpu, sekop , sabit, sapu lidi, kereta dorong, ember, hand spayer dan lain sebagainya. Peralatan –peralatan tersebut dipilih yang mana yang harus dipakai.

4.    Pelaksanaan Sanitasi
Adapun tahapan-tahapan kegiatan sanitasi adalah sebagai berikut:
·       Pembersihan Kandang
Kegiatan sanitasi kandang ternak ruminansia perah di awalai dari kegiatan pembersihan kandang dari kotoran ternak. Pembersihan kandang ternak ruminansia dan perlengkapannya sangat penting terutama pada kandang ternak ruminansia yang habis dipergunakan. Pembersihan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua kotoran kebagian sisi kandang, kemudian mengangkut kotoran tersebut dengan menggunakan ketera dorong atau dengan menggunakan perlatan lainnya yang fungsinya sama, dari dalam kandang ke tempat penampungan kotoran atau ke tempat rumah kompos. Di dalam rumah kompos kotoran ternak ruminansia tersebut diolah menjadi kompos. 
Pembersihan kandang ini, tidak terbatas hanya pada bagian di dalam kandang saja. Namun bagian luar kandangpun juga dibersihkan dari semua kotoran, limbah dan semak-semak belukar, kemudian menyapu dan mengumpulkannya di tempat yang aman, sehingga tidak mengganggu atau menimbulkan penyakit pada ternak, yang sedang dipelihara.

Gambar 2. Membersihkan Kotoran
Sumber : extension.umass.edu

·       Pencucian Kandang dengan Air
Setelah semua kotoran di dalam kandang diangkut , dan dalam keadaan bersih barulah dilakuan pencucian kandang dengan menggunkan air. Untuk mempermudah pada saat mencuci kandang ternak ruminansia , gunakanlah slang air. Agar slang air dapat megalir kencang atau mempunyai tekanan yang tinggi maka posisi tempat penampungan air harus lebih tinggi. 

·       Penyemprotan Kandang dengan Desinfektan
Pencucian kandang ternak ruminansia dengan desifektan, dilakukan setelah kandang tersebut bersih dari kotoran baik yang ada di lantai atau dibagian permukaan lainnya. Untuk desinfektan gunakanlah salah satu bahan desinfektan misalnya : sabun deterjen, karbol, lisol dan lain-lain dengan cara menyemprotnya.

5.    Pengapuran
Kalau masih dimungkin kandang ternak ruminansia perah perlu juga dilakukan pengapuran. Kapur seperti apa yang pernah di singgung dibagian atas bahwa kapur banyak di pakai untuk lantai kandang atau halaman kandang



B.    Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 

Apabila menggunakan obat atau disinfektan gunakan secukupnya saja jangan berlebihan. Apabila berlebihan disamping pemborosan, juga dapat membunuh semua mikrorganisme atau serangga atau binatang lainnya yang berada di kandang dan disekitar kandang. Apabila mikroorganisme dan serangga banyak yang mati maka ekosistem yang ada di lingkungan kandang terganggu. Dengan terganggunya ekosistem yang ada dikandang dan sekitranya berarti kegiatan peternakan tersebut bisa dikatakan tidak ramah lingkungan. 

Kegiatan sanitasi kandang selain bertujuan untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang dapat merugikan peternak, perlu juga memperhatikan dampak negatif penggunaan obat atau disinfektan tersebut bagi ternak yang lain, tanaman dan manusia ( pekerja kandang ). Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan obat/ atau disinfektan bagi pekerja kandang, maka pada saat melakukan penyemprotan kandang, sebaiknya pekerja kandang harus mematuhi prosedur keamanan dan keselamatan kerja . Misalnya pada saat melakukan penyemprotan kandang sebaiknya pekerja kandang menggunakan penutup kepala, masker dan sarung tangan. Tidak boleh merokok pada saat menyemprot dan harus cuci tangan sebelum makan dan minum. Harus memakai sepatu bot pada saat bekerja di dalam kandang dan lain-lain.





Sumber : Agribisnis Ternak Ruminansia (2013)
                extension.umass.edu

Friday, February 24, 2017

Bahan - Bahan Untuk Sanitasi kandang

Telah lama manusia menggunakan bahan-bahan kimia yang kemudian dikenal dengan nama antiseptika atau desinfektansia. Telah lebih dari 5000 tahun yang lalu bangsa Mesir menggunakan rempah-rempah, minyak nabati ataupun getah-getah tanaman untuk mempertahankan tubuh orang yang mati agar dapat tahan lama, yang dikenal dengan mummi. Pada tahun 2500 SM, orang mesir telah menggunakan acar atau anggur untuk mencuci luka. Yodium pada waktu itu telah lama digunakan sebelum kuman penyebab pernanahan diketahui. Sediaan chloor telah digunakan 150 tahun yang lalu untuk mencuci tangan para mahasiswa di rumah sakit di Austria sebelum mereka bekerja di ruang bedah mayat. Setelah penggunaan antiseptika ini kematian wanita setelah melahirkan telah turun dari 10% menjadi 1%.

Baru pada akhir abad ke 19 prinsip penyucihamaan mulai dikembangkan setelah penyebab infeksi diketahui oleh Louis Pasteur. Banyak sediaan obat-obatan yang dicobakan untuk kepentingan penyucihamaan ruangan maupun peralatan yang digunakan dalam operasi dan bahan-bahan tersebut telah diketahui memiliki kelebihan dan kekurangan. Obat yang baru dihasilkan selanjutnya menggantikan obat yang terdahulu, karena obat-obat tersebut memiliki efektifitas yang lebih tinggi dan sifat meracun yang lebih rendah.

1.    Antiseptika
Yang dimaksud dengan antiseptika adalah semua senyawa yang dapat membunuh atau mencegah pertumbuhan jasad renik (mikroorganisme). Antiseptika biasanya dikenakan terhadap jaringan tubuh yang hidup. Kadar antiseptika yang digunakan biasanya rendah, untuk menghindari kerusakan jaringan. Kadar yang tinggi dapat membunuh sel-sel kuman maupun jaringan individu yang terkena. Dalam konsentrasi yang rendah antiseptika mungkin hanya menghambat perkembangbiakan jasad renik (bakteriostatik)

Gambar 1. Jenis Bahan Desinfektan

a.     Aseptik
Pengertian aseptik adalah sifat cara penggunaan di dalam kedokteran hingga pencemaran oleh jasad renik atau nkuman dapat dihindari.

b.    Desinfektansia
Sedangkan yang dimaksud dengan desinfektansia adalah semua senyawa yang dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen (dapat menyebabkan sakit). Desinfektansia biasanya digunakan untuk barang-barang yang tidak hidup. Misalnya ruang operasi, kandang, peralatan kandang, dan sebagainya.

c.     Germisid
Germisid adalah senyawa yang dapat membunuh jasad renik dan merupakan bagian dari antiseptika. Tergantung pada jasad renik yang dapat dibunuh olehnya. Germisid mungkin berupa sebagai bakterisid, virussid, fungisid, amebiasid, dan sebagainya.

d.    Sanitizer
Sanitizer adalah bentuk khusus desinfektansia. Sanitizer dapat menurunkan jumlah kuman sampai bats-batas yang diijinkan oleh dinas kesehatan.

e.     Bakterisid
merupakan bahan kimia yang mempunyai daya kerja mematikan sel-sel bakteri.

f.      Mikrobisid
merupakan bahan kimia yang daya kerjanya mematikan lebih dari satu macam mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, protozoa, dsb.

g.     Bakteriostat
merupakan bahan kimia yang hanya menghambat perkembangan bakteri, jadi tidak mematikan bakteri.

h.    Sterilisasi
Sterilisasi adalah usaha menghancurkan secara total semua jasad renik hingga tempat, maupun alat-alat yang disterilkan aman untuk melakukan tindakan-tindakan pembedahan. Sterilisasi dapat dijalankan secara fisis maupun kimiawi.


2.    Sifat Antiseptika dan Desinfektansia
Agar antiseptika dan desinfektan yang digunakan dalam kegiatan sanitasi kandang , peralatan peternakan dan lingkungan peternakan, mempunyai dampak yang baik, ( tidak membahayakan ternak, peternak dan lingkungan), maka antiseptika dan desinfekatan tersebut harus memiliki beberapa sifat:
·       antiseptika harus memiliki sifat antibakterial yang luas
·       tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia
·       sifat meracunnya rendah, mempunyai daya tembus yang tinggi
·       masih aktif meskipun di sekitarnya ada jaringan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati,
·       tidak mengganggu proses kesembuhan,
·       tidak merusak alat-alat operasi, lantai kandang dan dinding kandang
·       tidak menyebabkan warna yang mengganggu pada jaringan yang dioperasi, dan
·       harganya relatif murah.


3.   Untuk desinfektansia, selain sifat yang disebutkan di atas, juga harus memenuhi sifat-sifat lainnya, yaitu:
·    Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang maupun lapisan jaringan organik, sehingga memiliki efek mematikan jasad renik lebih tinggi.
·      Desinfektansia juga harus dapat dicampur dengan dengan kelompok sabun maupun senyawa-senyawa kimia lainnya yang digunakan di dalam desinfeksi.
·       Desinfektansia juga harus memiliki stabilitas untuk jangka yang panjang
·       Harganya relatif murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.


4.    Sedangkan faktor yang memperanguhi daya guna antiseptika dan desinfektansia:
·       Kadar obat
·       Waktu persentuhan antara jasad renik dengan obat
·       Jumlah jasad renik
·       Tempat jasad renik berkembang
·   Adanya tempat berkembangbiak jasad renik yaitu protein atau reruntuhan jaringan akan menghambat kerja obat
·      Makin tinggi suhu ruangan sampai pada batas tertentu, sifat antibakterial semakin meningkat.


5.    Kegunaan Antiseptika dan Desinfektansia
Di dalam praktek kedokteran maupun kesehatan hewan antiseptika harus digunakan dalam persiapan sebelum operasi, untuk membersihkan luka maupun untuk penyucihamaan tangan sebelum dan sesudah menjalankan operasi. Dan pada waktu melakukan bedah bangkai. Antiseptika dan desinfektansia juga sering digunakan sebagai obat untuk melawan infeksi yang diberikan secara lokal. Juga berguna untuk mencegah perluasan proses infeksi.

Dalam usaha peternakan desinfektansia digunakan untuk mencegah ataupun mengendalikan penyakit infeksi. Desinfeksi terhadap kandang, bangunan dan alat-alat peternakan dapat mencegah timbulnya penyakit menular. Juga di dalam pencegahan penyakit menular, pada waktu bedah bangkai dan proses penguburan bangkai yang diduga mati karena menderita penyakit menular, desinfektansia banyak digunakan.


6.    Macam-macam Antiseptika dan Desinfektansia
a.     Secara Fisis
Secara fisis pensucihamaan dapat dilakukan dengan sumber panas atau sinar. Panas dapat berasal dari ssumber pemanas atau air yang dipanaskan kemudian disemprotkan ke tempat yang disucihamakan. Jenis Sinar yang dapat dipakai dalam sterilisasi adalah sinar ultraviolet dan sinar gama.

b.    Secara Kimiawi
CaO atau Gamping
Bila ditambah air, gamping akan membebaskan panas dan terbentuk Ca (OH)2 yang bersifat melarut kuman-kuman. Gamping banyak dipakai untuk lantai atau halaman. Kalau kebanyakan akan merusak kuku maupun kulit. Gamping tidak bisa membunuh spora kuman anthrax dan clostridium.

c.     Surfaktan
Senyawa-senyawa dalam kelompok ini mampu menurunkan tegangan permukaan cairan, dan digunakan secara luas sebagai detergen, emulsifer dan larutan pembersih, antiseptika dan desinfektansia. Ada tiga macam surfaktan, yakni yang bersifat anionik, kationik dan nonionik. Yang terbanyak dipakai adalah kelompok yang bersifat kationik, yang dikenal sebagai senyawa amonium kuarterner.

·       Surfaktan Anionik
Senyawa dalam kelompok ini yang terpenting adalah sabun yang memiliki rumus R-COONa. Di dalam air sabun akan terurai menjadi R-COO dan ion Na+. Apabila di dalam air terdapat banyak ion Ca++ akan terbentuk (R-COO)2 Ca yang menggumpal di permukaan air hingga kerja sabun sebagai detergen tidak aktif lagi. Selain itu kerja surfaktan anionik juga dihambat oleh surfaktan kationik. Sifat sabun adalah dipolar, yaitu hidrofilik dan lipofilik. Sebagai antiseptika sabun pada umumnya memiliki sifat antibakterial terhadap kuman gram positif dan kuman yang tahan asam.

·       Surfaktan Kationik
Surfaktan golongan ini yang terpenting adalah amonium kuarterner yang memiliki kemampuan mengikat protein, lemak dan senyawa fosfat, sehingga baik digunakan untuk desinfeksi jaringan atau alat-alat yang tercemar oleh serum, darah maupun reruntuhan jaringan. Amonium kuarterner pada umumnya tidak mempunyai daya membunuh virus, jamur maupun spora kuman. Surfaktan ini memiliki kemampuan menembus dinding sel kuman sangat tinggi, hingga kuman-kuman segera mengalami penggumpalan. Salah satu sifat yang kurang baik adalah kecenderungannya untuk membentuk lapisan film (gumpalan lemak, protein dan sebagainya) di permukaan kulit, hingga ruangan di bawah lapisan film tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan kuman.
Di dalam praktek, dikenal ada dua macam surfaktan kationik, yaitu yang dilarutkan dalam air dan yang dilarutkan dalam alkohol. Larutan surfaktan dalam alkohol 50% banyak digunakan untuk desinfeksi kulit, sedangkan larutan dalam air digunakan untuk desinfeksi ruangan, pembersih perlengkapan pakan dan minum dan sebagainya. Surfaktan kationik juga banyak dikombinasikan dengan dengan antiseptika dan desinfektansia lain hingga memiliki daya basmi terhadap virus, kuman dan jamur sekaligus. Contoh produknya adalah Long Live 250*, Vetiodine*, Vetaclean*, dan Virkon-S*.

d.    Alkohol
Desinfektansia alkohol banyak digunakan di dalam persiapan operasi, persiapan penyuntikan dan pencucian alat-alat kesehatan. Alkohol juga sering dipakai untuk sterilisasi sebelum pengambilan bahan-bahan secara aseptik. Alkohol sering dipakai bersama antiseptika yang lain hingga daya membunuh kumannya menjadi lebih kuat. Hal ini karena kemampuan alkohol dalam melarutkan lemak serta efek sinergistik dengan antiseptika lainnya. Sediaan alkohol biasanya dalam bentuk ethylalkohol 70-95%, isopropyl alkohol 70-95%, dan campuran antara alkohol 20% dengan cloramin 3%.

e.     Halogen
Halogen memiliki kemampuan mengikat protoplasma kuman yang tinggi, hingga memiliki daya membunuh kuman yang tinggi. Dalam kelompok ini termasuk khlor (Cl), brom (Br) dan yodium (I), dengan kemampuan membunuh kuman yang berbeda-beda.

Yodium (I). Adalah jenis sediaan yodium yang banyak digunakan adalah yodium tingtur dan larutan lugol. Kedua larutan tersebut apabila terkena luka akan menyebabkan rasa perih, bersifat korosif, serta meninggalkan warna pada jaringan maupun tekstil.

Khlor (Cl). Merupakan antiseptika yang sudah lama digunakan baik sebagai pencuci maupun sebagai penahan pertumbuhan kuman untuk tujuan pengobatan. Pemakaian chlor yang terus menerus dapat menyebabkan iritasi jaringan dan menyebabkan granulasi yang berlebihan dari jaringan yang sedang dalam proses penyembuhan. Senyawa yang banyak dipakai antara lain sodium dan kalsium chlorit, Kaporit, Khloramin-T, dan iodine monochloride. Senyawa yang disebut terakhir sering digunakan untuk desinfeksi lantai. Sediaan chlor sintetik yang banyak digunakan di peternakan adalah chlorhexidine HCl (Nolvasan, Hibitane) yang bersifat alkalis, mudah larut dalam air, bersifat tidak toksik Nolvasan mampu membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.

Brom (Br). Adalah gas metilbromida (CH3Br) memiliki daya membunuh kuman yang tertinggi. Larutan 20-40mg/liter pada suhu 25ºC selama 20 jam mampu membunuh kuman dan spora jamur (Aspergillus fumigatus). Gas CH3Br sebanyak 100g/m. selama 24 jam bersifat bakterisidal, virusidal, dan koksidiosidal. Selain itu CH3Br juga dipakai sebagai desinfektan pakan ternak maupun kandang.

f.      Fenol, Kresol dan Heksakhlorofen
·       Fenol
Termasuk antiseptika tertua yang digunakan dan dipakai untuk mengukur kekuatan antiseptika lainnya. Fenol memiliki daya antiseptik sedang. Untuk desinfeksi diperlukan larutan fenol sampai 5%. Karena harganya mahal dan memerlukan konsentrasi tinggi, fenol tidak banyak digunakan

·       Kresol
Banyak digunakan di dalam praktek karena daya bakterisida yang tinggi. Dalam kadar yang sama kresol memiliki daya bakterisida 5 kali lebih tinggi dari pada fenol, dan harganya lebih murah. Larutan kresol banyak digunakan untuk desinfeksi lantai dan kandang. Kresol memiliki kemampuan membunuh virus tertentu, bersifat mudah larut dalam air, dan dapat melarutkan lemak, sehingga kuman atau virus yang terbungkus lemak tetap dapat terbunuh oleh kresol.

·       Heksakhlorofen
Banyak dipakai bersama dengan antiseptika lainnya dan digunakan untuk sabun maupun untuk tujuan desinfeksi lainnya

g.     Oksidan
Senyawa yang dapat membebaskan oksigen nasendi (On) memiliki daya membunuh kuman yang tinggi. Atom On akan terikat oleh bagian sel yang hidup dan karena bagian tersebut teroksidasi maka sel akan mati. Hampir semua jenis kuman dapat dibunuh oleh antiseptika kelompok ini.

h.    Kalium Permanganat (PK)
Kalium permanganat memiliki daya oksidatif yang tinggi. Tergantung pada kadar larutannya, PK bersifat bakteriostatik, mengerutkan jaringan (adstringensia), mengiritasi dan kaustik. Untuk desinfeksi kandang, lantai dan peralatan kandang PK akan meninggalkan warna violet pada kulit maupun alat. Dengan formalin PK dapat membebaskan gas formalin (bom formalin) di dalam ruangan kandang atau ruangan lainnya yang tertutup. PK ini juga digunakan untuk tujuan fumigasi. Formalin komersial sebanyak 12,4 ml dicampur dengan 6,2 g PK dapat digunakan untuk ruangan 1m3 dan tetap efektif selama 56 jam pada suhu 20*C. Gas formalin yang dibebaskan dapat menggumpalkan protein, kuman, virus, jamur dan lain-lain.

7.    Pedoman Umum Untuk Desinfektansi
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiaatan desinfeksi diantaranya:
·    Waktu kontak jasad renik dengan desinfektansia. Tidak sembarang desinfektan dapat membunuh jasad renik seketika. Untuk itu waktu kontak yang cukup (lamanya bervariasi) diperlukan untuk persentuhan dengan jasad renik.
·     Desinfektan dalam bentuk larutan biasanya lebih efektif dari pada yang berbentuk emulsi, serbuk, aerosol atau gas.
·   Sampai tingkatan tertentu, desinfektan yang dipanaskan lebih efektif daripada yang dingin, dan mampu menembus kotoran maupun sisa-sisa jaringan organik
·     Tempat yang relatif bersih legih mudah didesinfeksi dari pada tempat yang penuh sampah dan kotoran ternak. Untuk itu sebelum melakukan desinfeksi kotoran harus dibersihkan terlebih dahulu dan dibakar atau dikubur.
Adanya sinar ultraviolet sangat membantu untuk mematikan jasad renik. Karena sinar tersebut mampu membunuh kuman, perlu diusahakan agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam ruangan kandang.
·   Panas yang berasal dari sumber panas atau air yang dipanaskan juga efektif untuk desinfeksi. Cairan atau air panas lebih efektif dari pada udara panas.
·   Untuk pencegahan penularan penyakit menular semua peralatan kandang dan alat transportasi ternak yang mungkin dapat menularkan penyakit harus didesinfeksi.
·       Apabila desinfeksi dengan suatu desinfektan telah dilakukan dan ternyata pada suatu saat tidak efektif lagi, yang mungkin disebabkan oleh terjadinya resistensi kuman, perlu segera difikirkan untuk mengganti dengan desinfektan lainnya.

kegiatan sanitasi kandang dan peralatan adalah bersih secara fisik, bersih secara kimiawi (tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan) dan bersih secara mikrobiologis. Adapun bahan untuk sanitasi harus mempunyai sifat antara lain sebagai berikut: membunuh mikroorganisme, mempunyai sifat membersihkan yang baik, larut dalam air, bau yang ditimbulkan dapat diterima, mudah digunakan, harga murah, mudah didapat dan lain-lain. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan sanitasi adalah : ruang dan alat yang akan disanitasi, metode yang akan digunakan, bahan atau zat kimia digunakan, harga bahan kimia yang akan digunakan, keterampilam pekerja dan lain-lain.


8.    Kebutuhan bahan untuk sanitasi dan dosis
Keberhasilan dalam kegiatan sanitasi kandang dan peralatan sangat ditentukan oleh desinfektan yang digunakan dan ketepatan dalam menentukan dosisnya . Dosis dari masing-masing desinfektan berbeda- beda tergantung dari merk dan produsenya. Semakin tepat dalam memilih desinfektan dan dosis dalam pelaksanaan sanitasi kandang dan peralatan, maka semakin baik pula desinfektan tersebut dalam menekan pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisma sebagai pembawa penyakit tersebut. Berikut adalah contoh beberapa desinfektan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan sanitasi kandang dan peralatan serta sarana kandang pendukung lainnya

Tabel 1. Contoh Pemakaian Bahan Sanitasi Desinfektansi pada Kandang dan Peralatan





Sumber : Agribisnis Ternak Ruminansia (2013)

Tuesday, February 14, 2017

Memperbaiki Genetik Ternak Ruminansia



Dalam memperbaiki kualitas ternak melalui perbaikan mutu genetik, diperlukan yang cukup lama. Hal ini berbeda dengan program perbaikan mutu pakan atau pengobatan, dimana hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam waktu yang cukup singkat
Perbaikan mutu genetik ternak sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor yang akan mengontrol atau mengendalikan peningkatan atau perbaikan mutu genetik dari suatu perilaku atau karakter.
Faktor-faktor tersebut adalah kekuatan sifat menurun, seleksi deferensial dan interval generasi.

A.    Kekuatan Sifat Menurun (Heritabilitas)
Pane (1986) mengatakan bahwa heritabilitas menggambarkan kekuatan sifat menurun dari suatu karakter atau sifat, apakah karakter ini akan diturunkan kepada anak-anaknya atau tidak. Lebih lanjut dikatakan bahwa kekuatan sifat menurun adalah suatu keunggulan dari penurun atau teman sejenisnya pada waktu yang sama yang secara rata-rata diturunkan kepada keturunannya. Semakin besar kekuatan sifat menurun (heritabilitas) maka makin besar pula kemungkinan kesamaan turunan dengan penurunnya, terutama jika faktor lingkungan sama atau hampir sama. Kekuatan sifat menurun ini dinyatakan dengan tanda h2 dan dinyatakan dalam skala 0-1,0 atau 0-100 persen. Semakin tinggi nilai h2 maka makin besar kemungkinan kesamaan turunannya.
Kekuatan sifat menurun (Heritabilitas) dapat pula diukur dengan beberapa cara, diantaranya:
·       Dari hubungan antara penurun dan turunannya atau perbandingan antara performan dara dengan induknya. Cara ini dapat dipergunakan untuk mengukur heritabilitas ternak sapi, biri-biri, kuda dll. Namun demikian pengukuran dengan cara ini mempunyai Kelemahan dimana efek sifat keindukan (maternal effects) akan membuat keadaan menjadi membingungkan.
·       Dari respons yang nyata akibat seleksi Heritabilitas dapat dihitung dari jumlah penyimpangan (perbedaan) diantara garisgaris seleksi. Cara ini tidak umum digunakan dalam dunia peternakan
·       Dengan perbandingan me makai sapi kembar Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara kembar identic
·       (kembar homozigot, berasal dari satu sel telur) dengan kembar yang berasal dari dua sel telur (kembar dizigot.
Dikatakan oleh Pane (1986) bahwa heritabilitas yang didapat dengan mempergunakan cara tersebut ternyata lebih tinggi dari perkiraan penafsiran dengan memakai cara yang lain (yang bukan kembar).

B.    Seleksi Differensial
Menurut Noor R.R (2004) bahwa pada seleksi untuk satu sifat, semakin sedikit ternak yang dipilih semakin besar diferensial seleksinya. Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi differensial seleksi adalah besarnya kelompok ternak. Semakin besar suatu kelompok ternak maka differensial seleksi semakin besar. Oleh sebab itu pada populasi yang besar maka akan semakin besar pula kemungkinan dijumpai ternakternak yang performannya di atas atau di bawah rataan. Differensial seleksi pada ternak jantan lebih tinggi dari ternak betina.
Sedangkan Pane (1986) mengata kan bahwa Seleksi diferensial adalah satu ukuran atau pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana baiknya penurunan pilihan menghasilkan keturunan. Dilapangan, seleksi diferensial dapat dipengaruhi oleh bermacam macam faktor. Seleksi diferensial dapat berkurang atau menjadi terbatas, jika populasi ternak menjadi seragam dan terdapat terlalu sedikit ternak yang berada di atas atau dibawah nilai rata-rata. Seleksi diferensial dapat dihitung dari kedua penurunannya baik dari induk ataupun dari pejantan.
Seleksi differensial pada ternak jantan lebih tinggi daripada ternak betina. Ternak jantan mempunyai potensi untuk menghasilkan lebih banyak keturunan jika dibandingkan dengan ternak betina. Intensitas Seleksi Noor (2004) mengatakan bahwa Intensits seleksi adalah rasio antara differensial seleksi dengan simpangan baku suatu sifat.

Rumus : Intensitas seleksi (i)
             


Standar deviasi fenotip (P) adalah suatu penggambaran variasi yang terjadi untuk suatu sifat atau karakter dari sekelompok ternak tertentu.
Intensitas seleksinya juga akan semakin tinggi pada ternak jantan sehingga rataan sifat-sifat produksinya dapat lebih tinggi. Sebagai contoh pada program inseminasi buatan dimana pejantan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan anak yang lebih besar lagi dan memungkin kan peningkatan jumlah anak per pejantan. Sedangkan pada ternak betina dengan menggunakan teknik ovulasi berganda dan embrio transfer akan memperlihatkan proporsi ternak pengganti dapat mengubah seleksi deferensial.

C.   Interval Generasi
Interval generasi adalah waktu antara generasi yang satu dan yang yang berikutnya ditentukan dengan umur rata-rata dari penurunan ketika penurunannya lahir. Interval generasi juga dapat diartikan sebagai rataan umur ketua pada saat anak-anaknya dilahirkan. Interval generasi ini digunakan untuk menghitung rataan kemajuan seleksi per tahun. Interval generasi secara langsung dapat mempengaruhi kemajuan seleksi per tahunnya. Semakin besar interval generasi maka semakin kecil kemajuan seleksinya.
Interval generasi akan berbedabeda diantara species. Interval generasi pada sapi adalah antara 6-7 tahun, unggas 1 tahun, babi 2-3 tahun, dan pada manusia 30-35 tahun.

D.    Metode Perkawinan
Berdasarkan hubungan kekerabatan suatu metode perkawinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
·       Pembiakan tertutup yaitu perkawinan antara turunan.
·       Pembiakan keluar (out breeding) yaitu perkawinan antara yang tidak berhubungan keluarga

1.     Pembiakan Tertutup
Pada garis besarnya perkawinan antara turunan dibedakan menjadi dua yaitu:
·     Inbreeding. Merupakan perkawinan antar ternak yang memiliki hubungan keluarga yang lebih dekat jika dibandingkan dengan rataan hubungan kekerabatan dari kelompok tempat ternak berada. Tingkat inbreeding sangat tergantung dari berapa dekat hubungan keluarga antara kedua tetuanya. Inbreeding akan meningkatkan derajat homozigositas dan pada saat yang bersamaan menurunkan derajat heterozigositas.
·  Line Breeding (biak-sisi). Perkawinan secara inbreeding pada umumnya akan berpengaruh negatif terhadap keturunannya. Oleh sebab itu pada umumnya para peternak khawatir akan terjadi perkawinan secara inbreeding pada hewan ternaknya. Oleh sebab itu ada cara lain yang biasanya dipilih oleh para peternak yaitu dengan melakukan metode perkawinan secara line breeding atau biak-sisi. Line breeding adalah suatu program pembiakan atau perkawinan yang ditujukan untuk menciptakan hubungan keluarga pada seekor ternak yang baik atau disenangi dan biasanya seekor pejantan.

2.     Out Breeding
Out breeding merupakan kebalikan dari inbreeding. Jadi out breeding adalah perkawinan ternak yang hubungan kekeluargaannya lebih jauh dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal. Atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi.
Out breeding merupakan suatu metode untuk memperbesar variasi populasi baik secara fenotip ataupun genotip. Pada metode perkawinan secara out breeding ini maka keadaan heterozigot dari populasi akan meningkat sehingga akan mengakibatkan daya adaptasi ternak terhadap lingkungan akan meningkat pula. Pada garis besarnya out breeding dapat dibedakan lagi menjadi:

a.     Cross Breeding
Sampai saat ini cross breeding memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak. Cross breeding dapat dilakukan antara species, antara jenis, sisi dan lainnya.

Cross breeding antara species
Cross breeding antar species adalah perkawinan dengan suatu individu yang berbeda kromosomnya. Oleh sebab itu metode perkawinan ini belum banyak dilakukan karena adanya kesulitankesulitan teknis dalam kelanjutan penyilangan ternak yang berbeda jumlah kromosomnya. Meskipun spermatozoa mampu untuk membuahi sel ovum tetapi pada umumnya hasil pembuahan yaitu embrionya mempunyai daya tahan hidup cukup rendah. Dan apabila terjadi dan berhasil maka biasanya apabila fetus yang dihasilkan jantan, merupakan jantan yang mandul. Tetapi dengan semakin pesatnya perkembangan di bidang teknologi reproduksi, tidak mustahil dan menutup kemungkinan di masa yang akan datang metode perkawinan ini dapat dilaksanakan dan menjadi bermanfaat dengan nilai ekonomis produksinya yang sangat menguntungkan.
Untuk saat ini metode biak silang antara species dimanfaatkan masih dalam penelitian-penelitian saja. Sebagai contoh bahwa antara sapi bali dengan sapi Simmental bukan berada dalam species yang sama. Kedua-duanya hanya sama dalam familinya saja. Tetapi dari hasil perkawinan antara kedua species yang berbeda tersebut ternyata memberikan hasil yang cukup baik. Hasil produksinya, berat lahir maupun berat sapih umumnya baik/lebih tinggi, tetapi anak yang dihasilkannya mandul.
Beberapa contoh dari hasil biak silang antara species yang telah berhasil dilakukan, seperti :
·       Cattalo yaitu hasil perkawinan antara sapi dengan bison
·       Beefalo yaitu hasil perkawinan anatara sapi dengan kerbau
·       Mule yaitu hasil perkawinan antara kuda dengan keledai
·       Zebroid yaitu perkawinan antara kuda dengan zebra Grevy
·       Asbra yaitu perkawinan antara keledai dengan zebra, dll
·    Cross breeding antara breed Cross breeding antara breed adalah perkawinan pada ternak yang berbeda jenisnya. Persilangan dengan cara ini secara komersial mempunyai tujuan untuk:
·  Mendapatkan keuntungan dari setiap heterosis atau hibrid vigor yang dapat mengakibatkan hasil persilangan tersebut lebih baik atau lebih produktif dari salah satu asal penurunannya.
·       Mengambil keuntungan sebesar mungkin dari karakter atau sifat-sifat yang baik dari dua keturunan atau lebih yang berbeda tipenya.

Perkawinan silang antara keturunan akan dapat menghasilkan jenis baru. Sebagai contoh:
·    Sapi Santa Gertudis, Merupakan hasil persilangan sapi induk Shorthorn dengan pejantan Brahman. Hasil dari persilangan ini mempunyai keunggulan atau perbaikan genetik yaitu sapi santa Gertudis mempunyai berat dewasa rata-rata 100 kg lebih berat dari sapi Shorthorn pada umur dan jenis kelamin yang sama.
·     Sapi Brangus, Merupakan hasil persilangan antara Brahman dan sapi Angus. Sapi hasil persilangannya mempunyai sifat-sifat atau kharakter seperti sapi Angus.
·   Beef Master, Persilangan antara sapi Brahman, Shorthorn dan Hereford akan menghasilkan jenis sapi baru yang di beri nama Beefmaster yang mempunyai perbaikan dalam kesuburan, pertumbuhan dan produksi susu.

Dan jenis-jenis sapi lain yang merupakan hasil persilangan antara dua atau lebih dari jenis yang berbeda dan mempunyai kemampuan produksi yang lebih tinggi dari induknya, seperti sapi Charbray, sapi Dorought
master, dll.

b.     Out Crossing
Yang dimaksud perkawinan dengan metode outcrossing adalah jika kita memasukkan pejantan baru yang nantinya sebagai pembawa variasi genetik baru, dalam suatu kelompok ternak yang kita miliki. Out crossing ini dapat dimanfaatkan sebagai crash program dalam suatu upaya untuk perbaikan mutu. Hal ini tergantung dari berat ringannya out crossing tersebut.

c.     Back Crossing
Back crossing adalah persilangan dimana anak sapi (ternak) hasil dari persilangannya dikawinkan kembali
dengan penurunnya, sehingga diharapkan agar sifat baik yang terdapat pada F1 dapat dipertahankan terus.

d.     Grading Up
Grading up adalah peningkatan mutu suatu keturunan dengan jalan persilangan yang terus menerus. Cara ini telah terkenal dan banyak digunakan di seluruh dunia, dimana untuk di Indonesia, program tersebut telah banyak dilakukan terutama pada ternak unggas

e.     Top Crossing
Top crossing dilakukan pada peternak yang ingin kembali pada sumber genetik asal yaitu dari suatu keturunan untuk mendapatkan beberapa materi genetik baru.

f.      Mating Likes
Mating likes atau assortative mating adalah mengawinkan ternak yang setingkat yaitu ternak yang baik dengan yang baik, ternak yang sedang dengan yang sedang dan ternak yang jelek dengan yang jelek. Sistim perkawinan ini hanya mengutamakan penilaian berdasarkan fenotip. Cara ini tidak efisien dalam upaya merubah frekuensi gen dibandingkan dengan cara seleksi dan perkawinan lainnya.
Pada dasarnya ternak yang berbeda secara genetik misalnya antara bangsa atau species apabila disilangkan akan menghasilkan keturunan yang bersifat heterosis. Ada yang bersifat heterosis positip yaitu jika keturunan yang dilahirkan lebih baik dari kedua penurunnya dan adapula yang bersifat heterosis negatip yaitu apabila terjadi kebalikannya. Untuk mendapatkan sifat heterosis dari keturunannya maka perbedaan genetik dari kedua penurunnya haruslah besar. Heterosis yang positif dalam dunia peternakan disebut sebagai hibrid vigor yaitu keturunanya yang mempunyai sifat lebih baik dari penampilan rata-rata kedua penurunnya. Pada umumnya hibrid vigor akan memberikan penampilan yang maksimum pada turunan pertama (F1) dan kemudian akan menyusut secara bertahap setiap dilakukan silang balik dengan penurunnya.
Manfaat dari persilangan secara umum didapat pada sifat-sifat yang memiliki nilai heritabilitas rendah sampai sedang. Beberapa keuntungan langsung dari sistem persilangan dari berbagai ternak :

·       Pada sapi pedaging umumnya didapat setelah anak-anaknya dilahirkan. Jumlah anak yang dilahirkan per 100 betina yang dikawinkan akan lebih tinggi pada ternak-ternak silangan.




Sumber : Nugroho, CP. 2008. Agribisnis Teknik Ruminansia. Departemen Pendidikan Nasional.